Setiap tahun pasti kita sering menemukan atau menemui fenomena atau kasus yang melibatkan anak. Salah satunya fenomenanya yaitu anak tinggal bersama anggota keluarga yang lain. Faktor yang mempengaruhi fenomena ini sangat beragam seperti orang tua meninggal, orang tua bekerja, orang tua berpisah (cerai), ekonomi, dll. Terdapat salah satu faktor akan menjadi fokus utama bahasan kita kali ini, yakni anak tinggal bersama anggota keluarga yang lain.
Anggota keluarga terbagi menjadi dua, ada keluarga inti dan anggota keluarga lain. Keluarga inti yang meliputi Ayah, Ibu, Kakak, dan Adik. Sedangkan, keluarga lain terdiri dari Kakek, Nenek, Paman, Bibi, Om, Tante. Keterlibatan anggota keluarga dalam proses perkembangan anak sangat penting.
Bahwasannya menurut para Psikologi Perkembangan menjelaskan bahwa anak seharusnya berada dalam pengasuhan dan pengawasan keluarga intinya. Selanjutnya menurut Cenceng, umumnya anak yang diasuh oleh keluarga inti, akan menunjukkan kelekatan kepada sang ibu sebagai figure utama, dilanjut ke ayah, lalu keluarga lain.
Anak yang sejak kecil tinggal dengan selain anggota keluarga inti akan menunjukkan emosional yang cenderung negatif seperti merasa kurang percaya diri, sering sakit hati, stress, pemalu, takut, dan sampai muncul rasa rindu terhadap orang tuanya namun tidak tersampaikan.
Kelekatan (attachment)
Teori kelekatan (attachment) dicetuskan pertama kali oleh John Bowlby, yang menekankan bahwa pentingnya anak membentuk kelekatan dengan peran orang tua di awal kehidupannya. Bowlby juga menjelaskan bahwa "maternal deprivation" atau kekurangan kasih sayang ibu sering menyebabkan kecemasan (anxiety), kemarahan (anger), penyimpangan perilaku (delinquency), dan depresi. Terdapat Teori Etologi yang juga menggunakan istilah "Pshychological Bonding" yakni hubungan atau ikatan psikologis antara ibu dan anak, yang bertahan lama sepanjang rentang hidup dan berkonotasi dengan kehidupan sosial.
Selanjutnya terdapat psikolog bernama Ainsworth yang juga menyampaikan gagasannya mengenai kelekatan. Ainsworth mengatakan bahwa kelekatan merupakan ikatan emosional yang dibentuk seorang individu dengan orang lain yang bersifat spesifik, mengikat mereka dalam suatu kedekatan yang bersifat kekal sepanjang waktu.
Terdapat tiga aspek kelekatan yang dikemukakan oleh Bowlby yaitu :
- Kepercayaan, keyakinan anak bahwa figure lekatnya selalu ada untuknya, yang akan membantu ketika ia membutuhkan, dapat memahaminya, serta selalu sayang dan peduli.
- Komunikasi, merupakan hubungan yang terjalin antara anak dengan figure lekatnya, hal ini dapat terjadi dalam keseharian, seperti saling bercerita, atau bahkan ketika anak semakin dewasa dapat melakukan komunikasi tidak langsung seperti melalui telepon atau panggilan video.
- Keterasingan, biasa ditunjukkan dengan perasaan marah dan merasa tidak diperhatikan oleh orang tua.
Selain Bowlby, Ainsworth juga mengemukakan pola kelekatan, terdapat empat pola :
- Secure attachment, pola ini terbentuk atas interaksi antara figure lekat dengan anak. Anak merasa nyaman, aman, mendapatkan perlindungan, serta kasih sayang. Tipe kelekatan ini menghasilkan anak yang dapat mengembangkan relasi yang positif dan hangat dengan orang lain, serta mudah menaruh percaya ketika berinteraksi dengan orang lain.
- Fearful attachment, pola ini terjadi ketika figure lekat lebih banyak menghindar dari anak sehingga anak merasa di tolak oleh orang tua. Tipe ini menghasilkan anak yang kurang percaya diri dalam mengembangkan relasi dengan orang lain dan sulit percaya kepada orang lain karena takut mendapat penolakan.
- Preoccupied attachment, pola ini terjadi ketika kehadiran figure lekat yang tidak pasti selalu ada untuk anak. Figure lekat yang tidak konsisten memenuhi kebutuhan kepada anak. Tipe ini menghasilkan anak yang mudah mengalami ketakutan jika berpisah dengan orang lain, cenderung bergantung dan menuntut perhatian, dan takut tidak mendapat apresiasi dari orang lain.
- Dismissing attachment, pola ini terjadi ketika figure lekat memiliki sifat cuek kepada anak sehingga membuat anak menganggap sebagai sosok yang menakutkan baginya. Tipe ini menghasilkan anak yang nyaman jika tidak ada orang lain, merasa tidak perlu menjalin relasi dengan orang lain, merasa mampu mencukupi kebutuhan diri sendiri atau mandiri.
Kelekatan yang aman dapat dilihat dari baiknya hubungan antara anak dengan pengasuhnya dalam aspek komunikasi dan kepercayaan. Tingginya aspek pengasingan yang dialami dalam pengasuhan justru akan menunjukkan kelekatan yang tidak aman dalam hubungan anak dengan pengasuhnya. Maka untuk menilai kelekatan aman anak dengan pengasuhnya, akan tampak skor yang tinggi pada kualitas komunikasi dan kepercayaan, serta skor rendah pada perasaan terasing. (Armsden & Greenberg, 1987).
Anak yang tinggal atau di asuh bersama anggota keluarga yang lain.