Lihat ke Halaman Asli

Aida Swift

https://www.instagram.com/aidannh/

Antara Iya atau Tidak

Diperbarui: 27 September 2022   23:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tema perselingkuhan saat ini sedang hype baik di dunia nyata atau cerita dalam film. Tidak mungkin tanpa alasan, karena hal tersebut sudah menjadi sesuatu yang sebenarnya seringkali terjadi di lingkungan kita, terlihat atau tidak terlihat, diketahui atau tidak ketahui. 

Sebagai wanita, tentu rasanya selalu merinding mendengar segala kisahnya, yang lebih sulit memposisikan diri di belah mana untuk berpihak, apakah mutlak laki-laki yang salah? karena kita sesama wanita, atau jangan-jangan kita pemicu utama sebuah perselingkuhan.

Saat ini kita sebagai penikmat beritanya, namun apakah ada jaminan kita tidak akan pernah mengalaminya? Sedangkan hal tersebut bukan yang tabu, ini banyak terjadi kepada siapapun. Anggap saja terjadi esok hari kepada kita, apa yang harus dilakukan selain sakit hati? selain menyalahkan pelaku? lantas apakah itu menjadikan hidup berhenti sampai disana? tentu harusnya tidak.

Dunia ini selalu diantara iya dan tidak, bahkan antara pasangan kita setia atau tidak. Jika iya, kita sudah lebih dari siap, jika tidak? pernahkan kita berpikir sekali saja untuk menyiapkan diri saat hal itu terjadi? Pernahkah menyediakan ruang yang luas untuk sebuah kekecewaan yang besar, seringkali tidak. Seringkali hati dan pikiran selalu penuh dengan hal yang kita inginkan, sehingga saat terjadi di luar apa yang kita kehendaki, rasa sakit sangat mudah dan pekat terasa. 

Mungkin itu yang dimaksud, jangan terlalu bahagia, jangan terlalu bersedih. Baiknya kita selalu biasa saja untuk semua rasa. Jika ruang hati terbagi dua antara senang dan sedih, rasanya perjalanan hidup akan lebih mudah. Jika jatuh, kembali bangkit dan bahagia bukan hal yang rumit. Hal itu yang selalu penulis pikirkan dan coba lakukan. Sebagai seorang istri, hanya bisa berdoa kepada pemilik hati suami, semoga kemungkinan yang aku dapatkan adalah suamiku setia. Namun, jika tidak, jika ditakdirkan jalannya seperti itu, semoga ruang kekecewaan dalam hatiku sudah siap digunakan, sudah siap terisi tanpa tersendat. Sehingga aku bisa cepat kembali bangkit, dan bahagia kembali.

Tidak pernah paham dengan alasan perselingkuhan, menurutku pasti itu terjadi bisa dipupuk pelan-pelan, atau terjadi begitu saja. Maka, yang asalnya aku menjaga suamiku dengan sangat protektif, kali ini setelah aku berpikir ulang, aku lepaskan. Terserah dia saja, mau bagaimana, aku memilihnya karena aku tahu dia bagaimana. Tidak mungkin aku memilihnya, jika iya memiliki kedekatan dengan banyak wanita, aku ini sangat cemburuan, jadilah aku tahu siapa yang aku butuhkan. Adalah suamiku yang aku tahu benar komitmennya bagaimana, tapi itu pun bukan jaminan bahwa kami tidak akan mengalami tragedi perselingkuhan. Bisa saja, semua orang lagi-lagi berpeluang, tapi rasanya aku harus bersiap atas dua kemungkinan itu. 

Jangankan ditinggal selingkuh, bukankah esok hari bisa saja kita ditinggal mati? lalu, hidup berjalan terus, lalu langkah kakipun tetap harus menapak. Hakikatnya memang manusia tidak bisa sendirian, tapi manusia pada akhirnya akan saling meninggalkan. Yang ditinggalkan, hanya bisa kembali meneruskan hidup. 

ANH




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline