Lihat ke Halaman Asli

aida rahmatus shayla

to infinity and beyond!

Menggali Kearifan Lokal Kampung Budaya Polowijen

Diperbarui: 22 April 2019   23:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menjaga dan melestarikan kearifan lokal seni budaya bangsa adalah suatu kewajiban kita sebagai pewaris kebudayaan nenek moyang untuk ikut berperan aktif dalam menjaga kearifan lokal budaya bangsa. Kota malang adalah salah satu kota yang berada di Jawa timur yang banyak diminati wisatawan, yang memiliki aspek kebudayaan khas yang berpotensi untuk dijadikan destinasi wisata budaya. 

Seperti halnya pada Kampung Budaya Polowijen yang terkenal dengan keunikan dan ciri khasnya, seperti terlihat rutinitas masyarakatnya yang membuat topeng malangan hingga nembang macapat. Keikutsertaan masyarakat polowijen dalam menjaga kearifan lokal budaya bangsa mampu mewujudkan kemajuan di bidang seni budaya serta mampu melestarikan warisan bangsa. 

Keberhasilan suatu kegiatan kampung budaya ini bergantung pada partisipasi masyarakat itu sendiri. Partisipasi masyarakat itu sendiri dimulai dari merencanakan, melaksanakan sekaligus mengamati secara langsung kegiatan di kampung budaya ini. Semakin tinggi partisipasi masyarakat maka semakin tinggi pula loyalitas kemasyarakatannya.

Di kota Malang tepatnya di kelurahan Polowijen terdapat salah satu kampung tematik yang mengusung kearifan lokal budaya yang bernama Kampung Budaya Polowijen. Berlokasikan di RW 02 Kelurahan Polowijen Kecamatan Blimbing dan diresmikan pada tanggal  2 april  2017 oleh walikota Malang. Kampung Budaya Polowijen digagas oleh Bapak Isa Wahyudi atau biasa dipanggil Ki Demang. 

Kampung budaya polowijen ini mengembangkan budaya asli polowijen sebagai warisan leluhur utamanya dalam hal tari topeng, pembuatan topeng, membatik dan lain sebagainya. Dikampung ini juga melestarikan situs polowijen yaitu sumur windu yang merupakan tempat pemandian Ken Dedes, serta situs makam Mbah Reni yang merupakan pencetus topeng malangan. 

Selain untuk melestarikan budaya, kampung budaya ini juga untuk membangkitkan ekonomi kreatif masyarakat melalui berbagai kegiatan produktif seperti pembuatan kerajinan topeng dan seni-seni pertunjukan lainnya. 

Jika ada pengunjung yang tertarik untuk belajar kesenian disini, masyarakat juga akan menfasilitasi para pengunjung. Kampung budaya ini juga digunakan warga setempat sebagai kampung literasi melalui perpustakaan kampung budaya polowijen. Perpustakan ini dibentuk atas dasar untuk meningkatkan minat baca warga serta dapat menambah wawasan pengetahuan warga setempat.

Selain kesenian, event bulanan yang selalu diselenggarakan adalah pasar minggu legi. Legi merupakan salah satu nama dari sebuah pekan atau minggu dalam budaya Jawa dan Bali. 

Pada event pasar minggu legi ini kita mampu menemukan aneka jajanan tradisional dan kudapan tempo dulu, penyajiannya mirip seperti pasar zaman dahulu yakni menggunakan bungkus daun dan para penjualnya mengenakan pakaian ala-ala zaman dahulu. Selain jajan pasar juga ada penyambutan dengan tari-tarian. Kegiatan ini dilakukan tiap hari minggu supaya mampu meningkatkan perekonomian masyarakat.

Dari pemaparan salah satu kampung tematik di atas, kita sebagai generasi penerus bangsa sudah seharusnya mencintai kearifan lokal budaya Indonesia agar budaya yang kita miliki tidak lekang oleh waktu serta mampu dilestarikan hingga anak cucu kita. 

Adapun cara yang dapat kita lakukan untuk melestarikan kebudayaan lokal seperti di Kampung Budaya Polowijen yaitu belajar dan berlatih menari sehingga kita memiliki pengalaman kultural. Melalui pengalaman kultural ini kita akan mengenal budaya itu sendiri dan menumbuhkan semangat nasionalisme.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline