Lihat ke Halaman Asli

Zairullah Azhar Berbicara Tentang Ibu

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1430553845145394384

Happy Weekend!

Ibuku adalah wanita terindah yang pernah aku lihat. Seluruh diriku berutang kepada ibuku. Aku dedikasikan kesuksesanku dalam hidup untuk pendidikan moral, intelektual dan fisik yang telah aku terima darinya. –George Washington-

Tidak habis kata-kata memuji betapa mulianya sesosok ibu. Ibu adalah permata jiwa, ibu adalah pintu menuju surga. Dari rahimnya lah, lahir calon pemimpin-pemimpin pengubah dunia.

Rabu lalu, Pemuda Panca Marga menggelar Sarasehan yang dihadir oleh 300 audiens dari berbagai daerah Kalimantan Selatan.  Acara tersebut diadakan di Hotel Golden Tulip, untuk kelima kalinya saya menginjakkan kaki di hotel super megah yang dimiliki Kota Banjarmasin. Audiens yang berhadir kala itu dari berbagai profesi seperti veteran, praktisi pendidikan dan tokoh-tokoh adat. Sarasehan kala itu, diwarnai gelak tawa, semangat yang berkobar dan keharuan bercampur jadi satu. Betapa tidak, ada saja tingkah audines yang membuat gelak tawa para audines lainnya, tidak sedikit audiens yang melontarkan pertanyaan ketika tanya jawab berlangsung yang melewati batas waktu. Audiens lain termasuk saya berpikir, “Dia mau nanya apa bercerita?” Acara yang menarik, tidak monoton, berbeda dengan seminar-seminar sebelumnya. Pembicara pada sarasehan kala itu adalah petinggi TNI, praktisi pendidikan dan Anggota DPR RI. Sebagai moderator adalah Ibu Fatimah Adam, mantan Anggota DPR RI tahun 1997 dan Camat Pulau Sembilan. Beliau adalah pimpinan umum Pemuda Panca Marga. Sosok perempuan aktifis di Kota Klaimantan Selatan yang telah lama berkecimpung di dunia perpolitikan. Setelah ISHOMA, makan siang. Seorang yang ditunggu-tunggu datang. Ya, dr. HM. Zairullah Azhar bersama Muhammad Syafi’i. Kedua tokoh tersebut adalah mantan Bupati Tanah Bumbu yang berduet maju sebagai Calon Gubernur dan Wakil Gubernur periode tahun 2015-2020. Usut punya usut, mereka adalah Calon Gubernur terkuat. Ah, saya tidak akan membahas mengenai pencalonannya sebagai Gubernur. Jujur, ini adalah pertama kalinya saya melihat sosok Zairullah Azhar secara langsung. Ini adalah moment langka bagi saya. Secara fisik, Zairullah terlihat tampak lebih muda dibanding yang biasa terpampang di baliho atau spanduk. Materi dimulai, setiap kalimat yang terlontar dari mulut Zairullah benar-benar menyejukkan. Tidak berat namun berisi. Keharuan terjadi ketika Zairullah berbicara tentang sosok ibunya yang telah meninggal. Zairullah mengatakan, betapa beliau merindukan sosok ibunya yang paling dikasihinya. Ia bercerita sambil menangis. Begitu mengharukan bagi saya. Tidak sedikit audiens yang hadir ikut menangis termasuk saya. Beliau bercerita bahwa ada seorang laki-laki yang datang kepadanya untuk meminta saran bagaimana menjadi sukses. Beliau bilang, basuhlah kaki ibumu lalu minum airnya bekas basuhan itu. Laki-laki itu mengikuti sarannya. Tidak lama, laki-laki itu telah memiliki tiga pesawat dalam kurun waktu yang singkat. Tentu dibarengi dengan usaha pula. Zairullah menjamin, ketika itu dilakukan, apa yang telah lama kita impikan, tidak lama akan terwujud. Subhanallah, betapa dahsyatnya sesosok ibu. Disini dapat diambil pesan, bahwa tidak ada doa yang paling mujarab selain doa dan restu ibu. Saya teringat akan sosok ibu saya. Setiap kaki saya melangkah ke luar rumah. Ibu selalu mendoakan segala kebaikan saya. Lihatlah mereka yang telah sukses seperti Chairul Tanjung. Betapa ia mengagungkan sosok ibunya. Ahok pun memiliki cara tersendiri dalam menunjukkan cinta kasihnya kepada sosok ibunya, dengan cara menelpon ibunya setiap pagi. Mereka yang telah besar, tidak terlepas dari bagaimana orangtuanya mendidik dan membesarkannya. Namun yang palin utama, bagaimana seorang anak memperlakukan ibunya ketika usia ibunya telah senja. Memang benar, kasih ibu kepada beta. Tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi dan tak harap kembali bagai sang surya menyinari dunia. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita berbakti pada ibu kita?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline