Lihat ke Halaman Asli

Gosip

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Biasa-biasa saja!” gumamku, Itulah kalimat mujarab untuk menangkis rasa kekagumanku kepada Stepi. Nama lengkapnya Stepiana Maharani. Nama yang rupawan seperti pemilik namanya. Perempuan kelahiran Amuntai. Bertubuh semampai. Memiliki dua lesung pipit di kedua pipinya. Septi, adik tingkatanku semasa kuliah. Kini kami bertemu kembali sebagai rekan kerja di sebuah perusahaan cukup bonafit di Banjarmasin.

Septi tidak seperti kebanyakan perempuan. Yang mudah terjebak dalam hingar bingar kehidupan kota. Perilaku, sikap dan tutur katanya menunjukkan kekhasan seorang primadona. Septi adalah seorang primadona kota. Septi pantas mendapatkan gelar itu. Sewaktu menjadi mahasiswi, dia sangat digilai. Wajar saja ku pikir. Akupun tidak menampik kecantikan Septi sangat luar biasa. Tidak jarang, Septi mendapat perlakuan istimewa dari laki-laki yang mengagumi kecantikannya.

Sampai sekarang, Septi tetap mendapatkan perlakuan itu. Perlakuan layaknya seorang Primadona. Disela-sela perbincangan, teman-teman seprofesiku selalu menyelipkan kesan mendalam tentang Septi. Aku hanya mendengarkan, dan sesekali menimpalinya dengan biasa-biasa saja. Lain halnya dengan bos kami, Pak Anton. Dia begitu mudah mendapatkan simpati dari Septi. Dengan cara, menjadikan Septi sekretarisnya. Dengan begitu dia bisa leluasa menikmati keindahan Septi lebih lama. Sampa suatu ketika, gosip itu datang. “Ku dengar Pak Anton akan menjadikan Septi isteri kedua..” Semua terperanjat mendengar perkataan Adit, staf IT di perusahaan kami. “Bukankah itu mustahil, mana mungkin Bu Ratna tinggal diam?” timpal yang lain. Mereka semua tertawa. Tak terkecuali aku.Seperti biasa, aku menguping. Semua mendadak diam. Septi keluar dari ruangan Pak Anton. Tak tega aku melihatnya.

Suatu hari, aku mencoba menemui Septi di sela-sela jam istirahat. Aku sudah sangat risih dengan pemberitaan miring mengenai dirinya. Kulihat, dia sedang makan siang di kantin karyawan seorang diri.

Aku mendekatinya, ”keliatannya kamu kurang baik?” tanyaku gugup. Dia menoleh seraya tersenyum hangat kepadaku. Baru kali ini, aku berani menatap kedua bola matanya lebih dekat.

“Kata siapa?” ucapnya enteng. Seakan tidak pernah terjadi apa-apa.

“Tentang itu, mustahil kamu tidak tahu Sep.” Sebelumnya, dia terlihat enggan membicarakan perihal hubungannya dengan Pak Anton.Tapi, aku meyakinkannya untuk tidak mengatakannya kepada orang lain. Alhasil, dia percaya dan akan menceritakannya sedetail mungkin.Ku tunggu dia menghabiskan makanan di mulutnya seraya memandangiku. Bibirnya begitu sensual, sedikit tebal dan merah segar. “Kak Syamsul,” panggilnya. Aku terperangah. Untuk pertama kali, dia memanggilnamaku. “Sebelumnya, aku ingin kamu berjanji untuk tidak akan menceritakannya kepada orang lain. Karena kuanggap kamu adalah kakak tingkatku yang terbaik.” Dia menunduk. Suaranya agak serak.

“Tidak akan Sep!” dengan tegas aku meyakinkannya.

“Memang benar aku menjadi gundik Pak Anton. tetapi gosip itu tidak benar. Aku tidak pernah menikah dengan Pak Anton!”

Aku terkejut bukan main, serasa jantungku akan copot saat itu juga. Tetapi di satu sisi aku lega, dia benar-benar tidak akan menikah. “Benarkah, kenapa kamu melakukan itu Sep?” tanyaku semakin penasaran. Lalu dia menunduk. Seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

“Aku perlu uang.” Jawaban yang sangat enggan ku dengar. Uang, mungkinkah hanya karena itu. seorang primadona, yang ku kenal sangat objektif. Tidak memandang sesuatu dengan sebelah mata. Kini melakukan hal itu hanya demi uang. “Kamu pasti berpikir aku perempuan matrealistis?” tanyanya, membuyarkan lamunanku. Kini giliranku menatap bola matanya tajam.

“Lantas? Apakah kamu nggak risih mendengar gosip miring di kantor?” Dia tidak segera menjawab.

“Aku nggak peduli dengan gosip itu. Aku hanya ingin adikku sembuh. Itu saja!”

“Kenapa dengan adikmu?”

“Dia menderita gagal ginjal , Pak Anton membiayai operasi adikku.”

Aku tertunduk lesu. Alasan yang dia lontarkan cukup logis. Itu hanya menurutku. Kamipun terdiam.

***

Siang itu, setelah jam makan siang, para karyawan asyik berbundar membentuk lingkaran. Seperti biasa, mereka tengah membicarakan Septi. Semula, aku enggan untuk mendengarkan. Tetapi topik yang mereka perbincangkan membuatku tidak bergeming dari kebiasanku. Menjadi penguping sejati.

“Kudengar Septi hamil,” semua terkejut. Akupun tak kalah terkejutnya. Sampai sejauh inikah kabar yang berhembus? Dengan sigap aku berdiri dari zona nyamanku. Untuk mencuci muka. Ingin sekali aku berteriak kepada mereka, bahwa kabar itu tidak benar adanya.

Aku ingat perkataannya waktu itu, dia akan tetap melajang sebelum mendapatkan pria baik. Dia menjadi gundik Pak Anton karena keadaan yang mengharuskan, itupun tak sampai merusak kehormatannya. Sungguh ironis, menjadi primadona seperti Septi memang tidak seindah namanya. gunjingan miring bahkan fitnah tidak pernah absen dari kehidupannya.

Tiga minggu berlalu semenjak rumor itu. Aku tak pernah melihat Septi lagi. Di ruang kerja, pentry, bahkan di lobi. Dia seolah hilang di telan bumi lantaran gosip itu. Sosok yang kadang membuat seorang perjaka sepertiku tertunduk malu. Menyembunyikan pandangan dari kilauan mata sayupnya. Menjadi penguping sejati hanya untuk mendengar kabar tentangnya. Aku menjadi tak karuan. Ku coba menghibur diri dengan cuti beberapa hari. Itu tidak berhasil, malah sosok Septi semakin membayangi alam sadarku. Sore itu, Adit, si biang gosip perusahaan membawa kabar hangat lagi mengenai kehamilan Septi. Dia mendengar Pak Anton akan mengurus segala keperluan pernikahan sirrinya bersama Septi. Karena Septi tengah mengandung. Masya Allah, aku kaget setengah mati. Apabila ini benar. Septi telah merusak pamornya sebagai primadona dimata yang lain bahkan dimataku. Aku tak boleh berburuk sangka terlebih dahulu sebelum mendengar langsung dari mulutnya. Oh, primadona kota, na’asnya nasibmu kini?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline