Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Zaki Alwy

Seorang Santri yang Tak Kunjung Pintar

Menata Niat Nyantri

Diperbarui: 5 Juli 2018   16:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo Credit: Pondok Pesantren Alqodiri

"Kang, mbak, apa niat nyantri-mu?"

Niat merupakan pondasi penting dari amal. Tidaklah sempurna perbuatan seseorang tanpa landasan niat. Kita mencontoh ulama' salaf yang disetiap aktifitasnya selalu adanya niat.

Betul apa yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW:

" "

"Niat seorang mukmin, lebih baik dari amalnya"

Begitu juga dengan santri yang memasuki pondok pesantren. Apa niatnya?. Apakah sudah sesuai dengan ruh ilmu atau hanya sebagai formalitas belaka?

Abah Ghofur (pengasuh ponpes Sunan Drajat) dan beberapa kiai lainnya (pengalaman penulis),sering  memberikan peringatan bagi santri-santrinya, agar tidak salah niat dalam menimba ilmu. Beliau berpesan bahwa ketika nyantri, niatkanlah mencari ridho Allah SWT. Sederhanya adalah bila Allah telah memberikan ridhoNya, maka apapun jenis amal/perbuatan yang dilakukannya, insya Allah akan terasa berkah baginya.

Di sisi lain, santri juga tidak hanya berfikir cara mendapatkan ridhonya Allah. Namun, cari dan lakukanlah apa saja yang membuat Allah ridho akan kamu. Salah satunya dengan belajar ilmu agama.

Oleh sebab itu, bila telah memasuki dunia pesantren, luruskan kembali niat. Mondok bukan diniatkan untuk jadi orang yang akan menyaingi para ulama' atau bertujuan mendapat sanjungan ketika pulang. Bukan juga dengan niat agar mendapatkan banyak simpatisan ketika menyampaikan ilmunya. Juga tidak untuk mendebat orang-orang bodoh. Tidak,sekali-kali tidak demikian!.

Bukankah kita mengetahui bahayanya orang yang belajar ilmu agama malah masuk neraka?. Tentu kita semua tahu akan hadits nabi Muhammad SAW, yaitu:

"Siapa yang mencari ilmu agama, tujuannya agar melampaui para ulama atau mendebat orang-orang yang bodoh atau agar orang-orang berpaling kepadanya, pasti Allah masukkan ia ke dalam neraka." (Riwayat al-Tirmidzi dari Ka'ab bin Malik, hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam al-Musnad).

Sebab ilmu yang kita dapatkan ini adalah amanah dari-Nya. Amanah untuk difahami, diamalakan, dan disebarkan.

Wallahu A'lam

Tabik!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline