Lihat ke Halaman Asli

Ahyunda Trisnadiyah

Mahasiswa Sastra Indonesia, Univedsitas Sumatera Utara

Homoseksual bukan Penyumbang Terbesar Kasus HIV/AIDS di Indonesia?

Diperbarui: 13 Desember 2022   09:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis: Ahyunda Trisnadiyah//Dr. Gustianingsih, M. Hum.

HIV atau human immunodeficiency virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Penularan HIV yakni melalui kontak cairan tubuh, salah satunya terjadi saat melakukan aktivitas seksual tanpa mengunakan alat kontrasepsi.  Seseorang yang suka berganti-ganti pasangan seksual lebih berisiko untuk terkena HIV. Kelompok heteroseksual inilah yang merupakan menyumbang terbesar kasus HIV/AIDS.

Dikutip dari CNN Indonesia (2022), menurut data yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan (Kemenkes) teranyar orang dengan HIV di Indonesia. Hingga Juni 2022, total pengidap HIV yang tersebar di seluruh provinsi Indonesia mencapai 519.158 orang. Merujuk pada data Kemenkes, penularan HIV di Indonesia masih didominasi oleh kelompok heteroseksual, yakni sebanyak 28,1 % dari total keseluruhan kasus.

Hal ini membuktikan bahwa penularan HIV/AIDS terbesar adalah kelompok heteroseksual. Ini dikarenakan kelompok heteroseksual lebih banyak melakukan huhungan seks dibandingkan dengan kelompok homoseksual. Kurangnya edukasi seks mengenai penggunaan alat kontrasepsi menjadi salah satu faktor yang paling berisiko terhadap penularan HIV/AIDS.

Selain penularan melalui hubungan seks, HIV/AIDS juga dapat memyebar melalui darah. Baik kelompok heteroseksual maupun kelompok homoseksual dapat tertular HIV/AIDS dengan beberapa faktor risiko, yakni orang yang sering membuat tato atau melakukan tindik, orang yang terkena infeksi penyakit seksual lain, pengguna narkotika suntik, serta orang yang berhubungan intim dengan pengguna narkotika suntik.

Tingginya angka kasus penuluaran HIV/AIDS oleh kelompok heteroseksual juga terjadi melalui kasus kehamilan oleh seorang Ibu penderita HIV/AIDS yang menularkannya pada sang anak. Dikutip dari Halodoc, Penularan dapat terjadi sejak masa awal kehamilan, persalinan, hingga menyusui. Kebanyakan anak di bawah usia 10 tahun yang tertular HIV dari ibunya, terjadi sejak dalam kandungan.

Untuk mengurangi angka penyebaran HIV/AIDS di Indonesia, masyarakat harus diberi edukasi yang valid mengenai bahaya, pencegahan, dan penanganan kasus HIV/AIDS. HIV/AIDS dapat dicegah sejak dini dengan cara sebagai berikut:

  • Menghindari penggunaan narkotika, terutama yang narkotika yang menggunakan injeksi jarum suntik yang digunakan bersama.
  • Melakukan tes HIV secara rutin dan berkala.
  • Tidak melakukan donor darah apabila sudah terindikasi positif HIV.
  • Praktik seks yang aman dengan tidak bergonta-ganti pasangan dan menggunakan alat kontrasepsi.

Namun selain kelompok heteroseksual, kelompok homoseksual LGBT juga termasuk ke dalam kelompok beresiko. Sebanyak 18,7% dari total kelompok LGBT. Maka dari itu, untuk Indonesia yang lebih sehat dan Indonesia dengan sumber daya manusia yang lebih baik kesadaran terhadap dampak HIV/AIDS ini harus dimulai dari diri sendiri. Karena bukan hanya merugikan bagi diri sendiri, HIV/AIDS juga merugikan orang-orang yang kita sayangi seperti pasangan, anak, dan anggota keluarga lainnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline