[caption caption="Indah (gadis mungil) sedang berjulan di kawasan kampus IPB, Dramaga (Foto, Ahyar ros)"][/caption]
Siang itu hujan rintik gerimis di kawasan kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor. Gadis kecil Indah (11) tahun bergegas merapikan kembali jualan kue-nya yang baru saja diletakkan di atas keranjang warna biru tua itu. Tangan Indah terlihat cekatan mengambil plastik untuk dijadikan penutup keranjang kecil berwarna merah itu. Agar semua jualannya tak basah terkena guyuran hujan siang itu. Dalam sekejab Indah pun berlari mencari tempat berteduh di salah satu bangunan milik kampus IPB, Dramaga.
Dari tempat yang sama, saya pun bertanya pada gadis kecil Indah. Awalnya, saya mengira gadis keci ini akan malu bercerita tentang jualan keliling yang ia geluti selama ini. Ketika saya ditanya nama, ia menanggapi dengan penuh semangat. “Tetangga di rumah biasa memanggil nama saya, Indah kak. Tapi sama ibu biasa panggil saya dengan sebutan nama Sunda yaitu, Endah. Kalau teman-teman di sekolah akrab memanggil Indah saja,”. Cerita Indah pada saya dengan wajah polos, dan berbinar-binar.
Jika langit terlihat mendung, Indah selalu memilih salah satu bangunan yang berkarak 10 meter dari tempat ia biasa melapakkan jualannya. “Yang begini mah sudah biasa kak. Dari rumah Balumbang Jaya sampai di sini lansung hujan pun sudah sering, terkadang belum sampai di tempat julan pun pernah, karena diguyur hujan lebat,” Kata Indah ketika, saya jumpai di kawasan kampus IPB, Dramaga, Bogor.
Kegiatan berjualan keliling dilakukan Indah semenjak duduk dibangku kelas tiga Sekolah Dasar (SD). Ia itu berawal dari jualan kecil-kecilan di sekolah. Hingga sampai saat ini, ia masih menyempatkan diri berjualan di sela-sela padatnya jadwal masuk sekolah. Alasan indah terbilang cukup sederhana, ia ingin mandiri.
Semenjak duduk dibangku sekolah kelas 5 SD lantas tidak membuat Indah malu untuk berjualan menuju Kampus IPB lokasi di mana ia duduk berjualan. Indah masih terbilang kecil, tapi ia memiliki upaya kreatif dalam memenuhi kebutuhan kesehariannya.
Belajar Mandiri
Kisah perjalanan Indah dan sekolahnya adalah cerita biasa. Tetapi keberanian untuk berjualan kue, dan mau menabung buat biaya sekolah sendiri menjadi meringankan ekonomi orangtua patut diacungkan jempol. Ia berani berjualan keliling, beru berumur 10 tahun dan masih duduk dibangku SD lantas tidak membuat Indah bergantung pada kedua orangtuanya. Untuk membayar sekolah Indah masih dibayarkan oleh orangtua, tapi ketika waktu membayar SPP, ia memilih membuka tabungan untuk membayar uang sekolah.
Ketika ditanya kenapa memilih berjualan keliling, lantas dengan semangat dan wajah berbinar-binar Indah menjawab. “Saya mau mandiri, karena kata ibu mandiri itu enak. Dari hasil julan keliling ini, saya ingin tabung agar bisa melanjutkan sekolah ke Pondok Pesantren. Agar bisa melanjutkan sekolah ke Pondok Pesantren paling tidak, saya harus menyiapkan tabungan dari sekarang, agar nanti tidak terlalu merepotkan orangtua,” Ujar Indah sambil membaca buku mata pelajaran kesukaanya, Matematika.
Ia berjualan karena terinspirasi dari sosok seorang ibu yang tekun berusaha dengan berjual alat kebutuhan sehari-hari di rumahnya. Rumahya berjarak 30 meter dari SD 3 Balumbang Jaya, tempat saat ini ia bersekolah. Kedua orantuanya mendidik agar ia bersama ketiga saudaranya untuk menjadi anak yang mandiri. “Sebenarnya ibu tidak pernah meminta Indah untuk berjualan kue bahkan sampai keliling seperti ini. Tapi karena Indah ingin mandiri dan memiliki tabungan, saya pun lakukan, niat dari julan kue keliling ini adalah melatih diri agar bisa mandiri sendiri,”. Tambah Indah.
[caption caption="Indah (gadis mungil) sedang berjulan di kawasan kampus IPB, Dramaga (Foto, Ahyar ros)"]
[/caption]