Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Yang Lalu

Diperbarui: 13 Oktober 2018   12:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lalu kita menikmatinya sepanjang hari

detik demi detik saat matahari akan terbenam pergi

hingga ia kembali terbit di keesokan pagi

jauh, di belantara kota yang kubangun dalam pikiranku

kota yang kubangun dari susunan-susunan namamu..

**

bersama hujan tanpa mendung yang sesekali turun di penghujung september

tanpa suara menghapus sejuta titik debu yang bersarang di kaca jendela kamarku dan kamarmu, kelas itu..

dan ribuan jejak dari langkah-langkah kecil dan terburu-burumu yang tertinggal di gerbang dan lorong-lorong sekolah

dihijau rumput, di bawah jati yang menjulang tinggi,

jejak-jejak yang diam-diam dan dengan susah payah kupijaki kembali

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline