Lihat ke Halaman Asli

Muhammad AhsanurRofi

Universitas Airlangga

Kontribusi Antropolog Muslim Dalam Membudayakan Literasi Membaca: Studi Kasus Anitya Wahdini Dalam M

Diperbarui: 7 Juni 2023   19:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Wahdini, 2021a)

Disclaimer: Artikel ini ditulis oleh Muhammad Ahsanur Rofi (072011733090) dari Program Studi Antropologi, Universitas Airlangga, untuk memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Agama Islam II yang diampu oleh Dr. H. Moh. Adib., Drs., M.Si.

Anitya Wahdini adalah seorang antropolog muslim kelahiran kota Jakarta. Ia merupakan alumnus dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, dengan jurusan Antropologi Sosial. Setelah menyelesaikan studinya, Anitya Wahdini bekerja sebagai seorang jurnalis di sebuah media cetak di Jakarta sebelum akhirnya bergabung dengan SMA Global Prestasi di Bekasi pada tahun 2010 sebagai guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) (Wahdini, 2020). Pada tahun 2020, ia melanjutkan studi S2 di Sekolah Tinggi Manajemen PPM dengan jurusan Manajemen dan lulus pada tahun 2023.

Dalam bidang kepenulisan, Anitya Wahdini aktif dalam membuat karya ilmiah maupun non-ilmiah diantaranya yaitu:

  • Karya ilmiah berupa skripsi dengan judul "Di balik dinding sekolah: Pembentukan Streotip terhadap kelas Akselerasi di SMU Labschool Rawamangun, Jakarta" yang diterbitkan oleh Universitas Indonesia pada tahun 2005.
  • Karya fiksi berupa cerita pendek dengan judul "Flashes of life : 99 cerita hidup dan kematian" yang diterbikan oleh CV. Diandra Kreatif pada tahun 2008.
  • Karya non-fiksi dengan judul "Perkawinan Sehat : Tips untuk Sang Dara" yang diterbitkan oleh Dian Rakyat pada tahun 2011.
  • Karya fiksi berupa novel dengan judul "Not an Angel, a Devil Perhaps" yang diterbitkan oleh Dapur Buku pada tahun 2014.
  • Karya fiksi dengan judul "Mereka panggil saya mama" yang diterbitkan oleh CV. Pustaka Mediaguru pada tahun 2018.
  • Karya non-fiksi dengan judul "Good morning Miss! : (Catatan Kecil satu dekade)" yang diterbitkan oleh CV. Pustaka Mediaguru pada tahun 2021.
  • Karya ilmiah berupa jurnal dengan judul "Geliat Orang Tua Siswa Sekolah Internasional: Analisis Consumer Decision Making Process Sekolah Internasional di Bekasi" yang diterbitkan di Journal of Law, Administration, and Social Science pada tahun 2022.

Selain menekuni bidang kepenulisan, Anitya Wahdini juga memproduksi sebuah podcast edukasi di platform Apple Podcasts sebagai bentuk kontribusi antropolog muslim dalam membagun kesadaran literasi melalui pendekatan budaya (Wahdini, 2021b). Adapun karya podcast dari Anitya Wahdini sebagai berikut:

  • "Good Morning, Miss Tya!" dirilis pada 18 Januari 2021.
  • "Episode #1: Covid-19 Vaccine in the Society" dirilis pada 25 Januari 2021.
  • "Episode #2: Bhinneka Sejak Dahulu Kala" dirilis pada 3 April 2021.
  • "Episode #3: Kaum Muda Urban, Peduli Lingkungan!" dirilis pada 14 Februari 2022.

Sebagai seorang guru, Anitya Wahdini membuat sebuah program atau metode untuk membudayakan kegiatan literasi membaca kepada para siswanya. Program tersebut ia namakan sebagai "Book Project". Hal yang melatarbelakangi Anitya Wahdini dalam membuat program tersebut yaitu karena Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada bulan Juli tahun 2015 menerbitkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang pembentukan karakter. Salah satu poin penting dalam peraturan tersebut adalah kewajiban untuk membaca buku non-teks selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai setiap hari di sekolah. Sebagai tanggapan terhadap peraturan tersebut, akhirnya Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah meluncurkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) (Wahdini, 2017).

(Wahdini, 2017)

Awalnya, ketika peraturan baru tersebut diberlakukan, Anitya Wahdini selaku guru SMA Global Prestasi tidak menerapkannya dengan segera karena dia merasa tidak memiliki peran dalam menentukan program sekolah. Namun sebagai antropolog muslim, Anitya tidak menyerah dan menggunakan kreativitasnya untuk membangun budaya literasi di kelasnya. Caranya cukup sederhana, yaitu dengan mendorong siswanya untuk membaca buku favorit mereka.

Pada awal semester, Anitya memberikan waktu 15 menit sebelum pelajaran dimulai agar siswanya dapat menikmati membaca buku apapun yang mereka sukai, seperti novel, cerita bergambar, komik, ensiklopedia, atau buku lainnya selain buku teks pelajaran. Setelah tamat membaca, Anitya memilih satu siswa untuk mempresentasikan bagian menarik dari buku yang telah dibaca kepada teman-teman sekelasnya. Hal tersebut mendorong interaksi menyenangkan di antara siswa-siswa, sekaligus memberi mereka kesempatan untuk saling berbagi informasi tentang buku yang mereka baca (Wahdini, 2017).

Anitya memiliki tujuan untuk memperkenalkan buku dan membudayakan kegiatan membaca kepada siswanya agar anak-anak generasi sekarang mau mengenal buku dan mampu membaca teks yang panjang di era gempuran teks-teks singkat yang ada di media sosial. Anitya khawatir bahwa buku, baik fisik maupun versi elektronik, akan terlupakan karena generasi mendatang tidak tertarik lagi dengan teks yang panjang. Dia ingin melawan kecenderungan tersebut melalui Book Project yang merupakan cara untuk memperkenalkan para siswanya kepada buku dan memberi mereka pengalaman menikmati membaca (Wahdini, 2017).

Anitya Wahdini sebagai antropolog Muslim memainkan peran yang sejalan dengan pesan Al-Qur'an. Dia menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Surat al-'Alaq ayat 1-5 untuk membangun budaya literasi di kelasnya. Sebagai seorang guru, Anitya menyadari pentingnya membaca dan pemahaman dalam mencapai pengetahuan yang lebih luas. Dia memahami bahwa buku adalah salah satu media utama untuk mendapatkan informasi yang mendalam dan refleksi dari pengetahuan manusia yang telah ada sebelumnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline