Lihat ke Halaman Asli

NABILA AHSANUN NADYA

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

AnxietyDalam Beretorika, Guna Berinteraksi di Depan Umum

Diperbarui: 14 Mei 2024   17:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Syamsul Yakin dan Nabila Ahsanun Nadya (Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) (Dokumentasi pribadi)

Anxiety atau kecemasan yang kerap kita dengar dalam bahasa gaul sekarang merupakan sebuah gangguan mental yang dialami seseorang. Namun kecemasan adalah salah satu bagian dari kondisi hidup seseorang. Dengan demikian, kecemasan adalah keadaan yang melekat pada pribadi manusia seperti tegang, resah, gelisah, takut, gelisah yang bersifat subyektif.

Kecemasan beretorika adalah demam panggung, yang mana dalam konteks ini berupa ketakutan berbicara. Berbicara di hadapan umum (public speaking). Artinya, secara psikologis, kecemasan beretorika itu bersifat alami serta wajar menimpa siapa saja yang tidak siap berbicara di muka umum.

Kecemasan dalam beretorika ini memiliki banyak penyebab diantaranya; pertama, kurangnya latihan, yang mana menimbulkan suatu kebiasaan, sebagaimana seperti sajak yang sering kita dengar "bisa karena terbiasa". Kedua, kurangnya pengetahuan yang berakibat kurangnya kemapuan untuk mengembangkan kata-kata saat berinteraksi pada audiens. Dan yang terakhir ialah, kurangnya pengalaman. Dari ketiga penyebab tersebut terdapat penyebab yang bersifat internal (kurangnya latihan dan pengetahuan) dan bersifat eksternal (karena kurangnya sosialisasi dan interaksi).

Kedua kasus tersebut tentu saja bisa diatasi dengan lebih jauh jika ditelisik. Kecemasan dalam beretorika muncul sebagai akibat fakfor psikologis, seperti ketakutan dianggap bodoh dan bayangan kekhawatiran yang tidak beralasan, atau pengalaman buruk yang pernah menimpa saat beretorika. Inilah yang disebut sifat kecemasan atau pembawaan pribadi. Namun, tak jarang kecemasan tersebut muncul secara tiba-tiba di atas panggung, seperti kehilangan fokus, tegang, gelisah, dan takut. Pemicunya adalah rasa takut gagal dan ikatan pikiran negatif.

Kecemasan seperti ini disebut (state anxiety). Sampai di sini, dapat dikatakan bahwa kecemasan tak lain adalah proses emosi akibat tekanan dan perasaan tidak mampu mengatasinya. Kecemasan beretorika sering diatasi dengan dua cara, pertama, dengan melawannya sehingga keadaan dapat diatasi. Kedua, fight atau melawan sehingga kecemasan tidak kian menjadi.

Ciri orang yang mengalami kecemasan retorika itu, misalnya, suara terdengar parau, serak, terbata-bata, diam dalam waktu yang lama dan akhirnya mengakhiri ceramahnya begitu saja. Secara fisik, orang yang mengalami kecemasan beretorika berkeringat dan jantungnya turun-naik dengan kencang. Padahalnya kecemasan sejati tidak perlu dihilangkan. Karena kecemasan penting untuk membuat persiapan lebih lanjut, mempelajari materi, dan belajar untuk memahami audiens.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline