Lihat ke Halaman Asli

Poligami itu Regami

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Siang itu, suasana kebun teh Pagilaran Batang terlihat asri. Pemetik tak begitu banyak terlihat memetik pucuk daun teh. Mungkin suasana mendung membuat mereka aras-arasen untuk bekerja.
Para pemetik ini mendapat gaji dua kali dalam sebulan, setiap tanggal lima dan dua puluh. Mereka digaji dengan borongan. Gajian dihitung sesuai hasil berapa kilo mereka memetik daun teh.

Markasep terus saja melajukan motornya mendekati pabrik teh Pagilaran Batang. Hembusan angin yang dingin menebarkan suasana sunyi.

"Kalo ikut dagang batik disini bisa ga Pak?" Tanya Markasep kepada satpam pabrik teh milik UGM ini. "Iya gak apa-apa, parkir disana aja Mas. Biasanya pegawai ngumpul disana." Dengan rasa girang, Markasep memarkirkan motornya. Bakul batik ini mengedarkan pandangannya ke semua sudut pabrik teh. "hhhmmm, suasana yang bikin betah."

Markasep mulai mengeluarkan dagangannya, sambil menghampiri ibu-ibu yang masih bercengkrama. "Apa itu Mas," tanya ibu yang berjilbab. "Ini dagangan batik murah Bu." Jawab Markasep dengan bahasa jawa halus.

"Langsung dibawa masuk aja Mas dagangannya." Markasep tanpa babibu langsung menurunkan tas berisi pakaian batik.

Tak lama berselang pegawai ibu-ibu berkerumun mendekat. Mereka beberapa kali mencoba pakaian batik yang biasa mereka kenal dengan atasan blus. Berputar-putar di depan kaca pengilon, memandangi tubuhnya yang dibalut baju batik Pekalongan ini, sambil memuji kalo batiknya bagus. "kelihatan cantik Bu." Rayu Markasep dengan sedikit senyuman. "Iya tampak lebih muda." Ditimpali teman-temannya.

Ada di antara mereka yang hanya ingin melihat barang-barang dagangan. Sudah biasa manusia selalu penasaran dengan hal baru, dan disadari atau tidak sering melupakan yang lama. Mobil baru tentu akan lebih sering diperhatikan oleh pemiliknya, kebersihannya sampai perawatannya, demikian juga bagi yang punya istri baru.

Juga dengan pakaian batik baru yang dibawa Markasep. Bagi yang belum melihatnya, pasti bilang bagus-bagus batiknya, tetapi bagi yang sudah akan lain bilangnya. Markasep harus selalu pindah-pindah tempat pemasaran, karena manusia sekarang gampang bosan terhadap apapun, dan termasuk siapapun. Mereka pasti bilang kepada Markasep, "kok motifnya sama seperti yang dulu, kalau kesini bawa model yang baru Mas."

Seiring waktu berjalan perhatian manusia biasanya pudar, bersamaan dengan pudarnya yang baru menjadi yang lama. Kalau perhatian, sikap, karakter tidak berubah laksana ikan di tengah lautan yang tak ikut asin, itu dinamakan istiqomah.

Ada jenis manusia yang hanya ingin iseng, coba-coba, dan untuk pakaian batik agaknya ia tak ingin membeli, karena walau ia tahu kalau batik yang dibawa Markasep murah, mereka masih saja menawar dengan semurah-murahnya, atau mencari sesuatu yang tak ada. Manusia iseng akan Tanya yang tidak ada, "kalau celana batiknya ada gak mas?" "ada tapi belum kebawa," jawab Markasep enteng. Mungkin maksudnya dalam hati Markasep, "gak dibawa masih di titipin di toko-toko pasar Banjarsari.

Ada seorang suami yang berpesan kepada istrinya di sana, "kalau gak mau beli gak usah buka-buka, kasihan Mas nya nanti melipatnya susah" Markasep segera menimpali, "sudah menjadi resiko penjual Pak, nanti biar saya yang melipat, merapihkan lagi." Padahal dalam hati Markasep gedumel, "ni orang kerjaannya cuma milih, nyoba, dan menawar, kapan belinya?" tapi hati Markasep selalu menyangkal sendiri. "ooo, iya. Pembeli adalah raja."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline