Berangkat dari Buku Mengaji Pluralisme Kepada Mahaguru Pencerahan, buah karya kiai Husein Muhammad, penerbit Mizan.
Terbesit bahwa saat ini permusuhan antar kelompok di kalangan umat manusia semakin marak terjadi, termasuk dalamnya masyarakat Islam yang hampir selalu ada pada setiap zaman dan segala ruang. Pasca Nabi, konflik mulai muncul.
Ada "waq'ah al-Jamal" atau perang Unta, lalu "Waq'ah Shiffin" atau Perang Shiffin, "Hurub al-Riddah" atau perang murtad, lalu "Ma'rakah Karbala" Perang Karbala. Itu terjadi pada abad pertama dalam Islam dan seterusnya entah sampai kapan terus terjadi.
Berbagai alasan mengapa hal itu terjadi. Ada perebutan kuasa, ada kecemburuan atas kenikmatan, ada juga karena idelogi yang berbeda, ada karena keterbatasan pengetahuan dan lain sebagainya.
Tokoh-tokoh besar yang menjadi pemimpin komunitas tak luput dari tuduhan sesat, kafir, munafik dan seterusnya yang di sematkan pada tokoh tersebut.
Caci maki dan kata-kata kasar berhamburan ditujukan kepada mereka ini. Para pengikutnya juga mengalami hal yang sama. Pada umumnya atau yang sering terjadi adalah serangan kelompok konservatif tekstualis ketat terhadap kritis-progresif.
Mengenai hal itu terdapat pernyataan dari Imam al-Ghazali (w.1111 M), dalam bukunya : Faishal al-Tafriqah Baina al-Islam wa al-Zandaqah".
"Sahabat, aku melihatmu sedang dirundung gelisah, berduka dan pikiranmu kacau. Ini gara-gara engkau mendengar caci-maki orang-orang itu terhadap pikiran-pikiranku yang aku tulis dalam sejumlah buku. Mereka menyatakan bahwa pikiran-pikiran dan pendapat-pendapatku bertentangan dengan pandangan al-Salaf al-Shalih (generasi awal yang saleh) dan para guru ilmu Kalam.
Sahabat yang sedang dirundung duka lara. Engkau tak perlu bersedih hati. Bersabarlah atas ucapan-ucapan cemooh mereka yang menyakitkanmu itu. Tinggalkan melayani mereka secara baik-baik. Anggap saja itu angin lalu. Tak usah juga dipusingkan oleh mereka yang tak mengerti tentang apa yang sesungguhnya makna 'kafir' dan "bid'ah" (sesat) itu?."
Sebagaimana halnya manusia paling baik dan paling terhormat di muka bumi, Nabi Muhammad saw, utusan Tuhan, tak luput dari caci maki dan tuduhan semacam itu oleh beberapa orang keluarganya, teman-temannya, kaumnya sendiri yang tak paham. Nabi disebutnya sebagai "orang gila", majnun.
Ucapan-ucapan orang paling mulia di muka bumi itu dianggap mereka sebagai "dongeng" dan "mitos" dan cerita legenda belaka. Tak usah engkau menyibukkan diri melayani dan membungkam mulut mereka yang tak paham itu.
Tak ada gunanya. Teriakan apapun terhadap mereka tak akan menggoyahkan pendirian mereka. Bukankah anda pernah mendengar puisi ini :
"Semua permusuhan dapat diharapkan penyelesaiannya, kecuali permusuhan orang yang dengki kepadamu".
Iman al-Ghazali dan Serangan dari dua Kubu