Lihat ke Halaman Asli

Ahnaf Rajendra

Penulis Sampingan

Cerita tentang Buah Jeruk dari Ibuku di Perayaan Imlek bersama Nenek

Diperbarui: 15 Februari 2022   13:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

"Iya, ibu ingat. Serunya Barongsai, saat Imlek kali pertama dirayakan secara terbuka," ujar ibu dengan muka berusaha keras mengingat.

Saya generasi Z (lahir awal 2000-an), sudah akrab dengan Imlek dari sangat belia. Di rumah ada foto ayah menggendong saya (umur sekitar dua tahunan), dengan latar lokasi perayaan hari raya China. Tepatnya di Kampung Cina, yang berada di Cibubur Jakarta Timur.

Dari gambar kenangan ini, berarti dari saya batita Imlek sudah dirayakan di negeri tercinta. Yang konon menurut cerita ayah, Lunar New Year sempat dilarang diekspresikan secara terbuka di Indonesia. 

Entah untuk pertimbangan atau alasan apa (saya tidak paham), tetapi hal ini cukuplah memantik rasa ingin tahu.

Ibu mengaku, kali pertama melihat Barongsai setelah duduk di bangku kuliah. Ketika itu bersama dua kakaknya (bude saya), sedang belanja di mall di daerah Bintaro- Tangsel. Tiba-tiba terdengar suara musik kencang dan berisik, kemudian pengunjung meringsek ke asal suara.

Selanjutnya ibu baru tahu, suara dominan yang didengar berasal dari alat musik yang bernama tambur. Dan ditimpa suara sumbal dan gong kecil, mengiringi atraksi yang bernama tarian Barongsai. Dua penari laki-laki bergerak super lincah dan kompak, begitu mahir melentingkan badan. Berpindah dari balok satu ke balok lain, menutupi badannya dengan kostum serupa naga.

Sejak kejadian itu, saban memasuki bulan februari hal jamak terjadi. Ibu menjumpai ornamen atau segala terkait Imlek, dijual bebas di pasar atau supermarket. Mulai  kertas merah bahan lampion, amplop angpao, pernak-pernik berwarna merah, kuning dan pink.

Kemudian  tak ketinggalan kue keranjang - awalnya ibu mengira kue dodol-, cokelat, kue bulan, nastar dan lain sebagainya. Musik khas Thionghoa diperdengarkan di tempat publik, warga keturunan memakai baju khas Cici Koko. Baju yang di kemudian hari dipakai siapa saja -- non china-, dalam rangka ikut bergembira menandai perayaan hari raya imlek.

"O'ya, ada jeruk mandarin juga" sela ibu.

----

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline