Lihat ke Halaman Asli

Ahnaf Rajendra

Penulis Sampingan

Dasar Strategi Parit Perang Khandaq

Diperbarui: 15 September 2020   16:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sahabat muslim pasti tahu kan, kalau dulu kala di saat Nabi Muhammad SAW masih berjuang menyebarkan agama islam, Nabi Muhammad dan para pengikutnya juga berperang melawan kaum yang menentang ajaran agama islam, seperti kaum pagan di mekah, yahudi, dan lainnya. 

Nabi Muhammad SAW mati-matian juga ikut berpeang demi kemenangan kaumnya sendiri, dan tak lupa juga meminta pertolongan dari Allah SWT yang maha kuasa. Salah satu perang yang paling unik di zaman Nabi adalah perang khandaq pada tahun kelima dari kenabian.

Perang khandaq ini bermula dari kaum quraisy yang akan datang mengepung kota madinah dan memporak-porandakan seisinya, karena kaum quraisy sudah tidak tahan lagi dengan apa yang dilakukakan Nabi Muhammad SAW yang sedari lama menyebarkan agama islam di Kota madinah. Kaum quraisy takut dengan apa yang nanti akan terjadi jika Nabi Muhammad terus menyebarkan dan memperluas ajaran agama islam ke seluruh penjuru jazirah Arab. Akhirnya kaum quraisy sepakat membawa 10.000 pasukan yang dipimpin oleh Abu Sufyan untuk mengepung kota Madinah.
 
Jabir, seorang utusan dari mekah yang ditugaskan oleh Abbas yang menjadi paman Nabi datang ke Madinah dengan terburu-buru dan mengabarkan kepada Nabi tentang apa yang akan terjadi, mengabarkan bahwa kaum quraisy siap menyerbu kota Madinah dalam hari kedepan. Mendengar kabar itu,  Nabi Muhammad langsung berdiskusi dengan para sahabatnya. 

Pendapat-pendapat dari para sahabat mulai membanjiri keheningan diskusi itu. Tetapi Nabi mulai bersemangat ketika mendapat satu pendapat dari seorang sahabatnya, Salman Al-Farisi. Salman mengajukan pendapat untuk membuat parit disekeliling kota Madinah untuk mempersulit kaum quraisy memasuki kota. Strategi ini biasa digunakan orang persia untuk melindungi rumahnya dari serangan binatang buas.

Setelah Salman Al-Farisi memberikan pendapat dan Nabi menyetujui pendapat tersebut, Nabi dan para sahabat langsung bergegas membuat parit di sekeliling kota madinah, dengan bantuan dari para penduduk madinah juga, yang sudah menjadi inti dari kota madinah itu. Sementara, para wanita yang bekerja di bidang konsumsi, istri-istri para penduduk madinah.

Membuat parit sudah berjalan beberapa hari, dan tiba-tiba muncul seusatu yang tidak diharapkan, menimpali lokasi pembangunan parit itu, sesuatu itu seperti kenangan yang datang disaat hujan secara tiba-tiba, tidak diharapkan. Sesuatu itu adalah batu yang sangat besar, batu yang cukup untuk melindas kira-kira 20 orang. 

Para sahabat berusaha untuk menyingkirkan batu tersebut, dengan segala kemampuan yang dikerahkan, para sahabat belum mampu menumbangkan batu tersebut. Rasulullah pun turun tangan. 

Beliau meletakan selendangnya di tanah, lalu membacakan sebuah doa. Setelah Rasul membacakan doa, batu tersebut hancur 1/4 bagian, sampai 3 kali Rasulullah membacakan doa, semua batunya hancur. Seketika itu para sahabat melanjutkan pekerjaannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline