Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Rosyid

Pengajar di SMP swasta Blitar

Satu Abad Taman Siswa: Marwah Pendidikan

Diperbarui: 4 Juli 2022   02:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Pendidikan selayaknya bunga yang mekar. Memancarkan keindahan untuk dipandang oleh lebah maupun kumbang. Saling memberi manfaat diantara keduanya. Itulah pendidikan, guru dan murid saling memberikan dukungan dan berbagi manfaat.

Taman Siswa merupakan sekolah yang didirikan oleh Suwardi Suryaningrat atau lebih dikenal dengan Ki Hadjar Dewantara pada 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Tepat 3 Juli 2022, Taman Siswa berusia 100 tahun atau satu abad.

Secara harfiah, Taman Siswa berarti tempat bermain atau belajar para siswa. Dimana, pendidikan merupakan suatu tempat yang menyenangkan untuk memperoleh pengetahuan.

Taman Siswa mengedepankan pendidikan Eropa yang dipadukan dengan tradisi Jawa. Ki Hadjar Dewantara mendirikan Taman Siswa untuk menumbuhkan kesadaran siswa Bumiputera akan hak-hak memperoleh pendidikan.

Ki Hajar Dewantara mendirikan sekolah dengan semboyan 'Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani". Model pendidikan yang diciptakan menggunakan 3 prinsip dasar yang di kenal dengan 3A(Asah, Asih, Asuh). Maka dari itu, Ki Hadjar menyebutkan "tujuan pendidikan itu memerdekakan manusia ke arah kebudayaan, sehingga selamatlah raganya bahagialah jiwanya."

Pendidikan yang berbasis kebudayaan yang menuntun kemerdekaan sesuai dengan bakat yang dimiliki setiap siswa. Berbanding lurus dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar, "tugas guru bukanlah membuat siswa pintar, namun mengembalikannya pada kodratnya sebagai manusia". Manusia yang hidup sebagai makhluk sosial, harus menjauhkan diri pada sikap egois/individualis, kikir dan materialisme.

Implementasi inilah, mengacu pada pendidikan yang menciptakan manusia yang beriman dan bertaqwa. Bermodalkan iman dan taqwa yang berbekal ilmu yang cakap, kreatif, mandiri dan sehat. Filosofi pendidikan akan mudah untuk dicapai.

Tugas guru teramat berat untuk mendidik anak didiknya. Semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi menjadi suatu tantangan yang dihadapi para guru. Mengarahkan seluruh anak didiknya pada hal-hal positif dari perkembangan digital tersebut.

Diskursus sangat dibutuhkan dalam berkomunikasi di kelas maupun di luar kelas. Melihat peristiwa yang terjadi di masyarakat akan memudahkan para guru untuk memberikan pengajaran terhadap peserta didiknya.

Mengamati setiap peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat. Memberikan pemahaman yang berbeda pendapat diantara peserta didik. Pendapat yang berbeda akan menghidupkan suasana kelas. Komunikasi yang mengedepankan model diskusi kecil. Menciptakan kreativitas siswa dalam menanggapi peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat. Inilah yang menghidupkan kepekaan sosial setiap siswa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline