Lihat ke Halaman Asli

Raihan Ahmil Rizki

Bandung, 14 Februari 2000

Merangkul Kekayaan Sosio Budaya: Perjalanan Pendidikan Berbasis Pemikiran Ki Hadjar Dewantara di Jawa Barat

Diperbarui: 27 Desember 2023   16:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mata kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia yang membahas tentang “Perspektif Sosial Kultural dalam Pendidikan” telah membuka jendela wawasan mengenai pengaruh faktor sosial dan budaya dalam dunia pendidikan. Dalam konteks ini, pemikiran Ki Hadjar Dewantara, pendiri Taman Siswa dan ikon pendidikan nasional Indonesia, muncul sebagai panduan utama. Artikel ini menelusuri lebih dalam pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara terkait aspek sosio kultural dalam pendidikan dan mencerminkan refleksi pribadi terhadap pengalaman belajar dalam modul tersebut.

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara menyoroti urgensi pemahaman dan penghormatan terhadap keanekaragaman budaya dalam konteks pendidikan. Beliau menekankan bahwa pendidikan seharusnya menjadi wadah inklusif yang mempertimbangkan latar belakang sosial dan budaya siswa. Pendidikan bukan hanya sekadar mentransfer pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan mengapresiasi keberagaman. Konsep pendidikan berpusat pada siswa menjadi penopang diolosofisnya, Dimana seharusnya pendidikan diarahkan untuk menuntuk peserta didik menuju kodrat yang seharunya dimiliki, terlebih dengan mengangkat nilai social budaya lingkungan peserta didik.

Implementasi pemikiran Ki Hadjar Dewantara di ruang kelas di Jawa Barat melibatkan pendekatan yang peka terhadap keanekaragaman budaya. Suasana kelas dirancang untuk mencerminkan nilai-nilai lokal, dengan menggunakan materi ajar yang relevan dan mendalam sesuai dengan realitas sosial siswa. Saya berusaha memasukan pemahaman matematika kedalam pendekatan social budaya Jawa Barat. Hal ini bertujuan agar terdapat jembatan antara kehidupan sehari-hari mereka dan pembelajaran matematika di kelas.

Penerapan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam kelas di Jawa Barat melibatkan dialog terus-menerus dengan siswa untuk memahami konteks sosio kultural mereka. Materi ajar dirancang untuk merangsang diskusi dan refleksi yang menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa, kehidupan sehari-hari yang dimaksud mengenai budaya di lingkungan siswa. Proses evaluasi dirancang untuk mengakomodasi beragam gaya belajar dan membangun kepercayaan diri siswa dalam menyampaikan pandangan mereka.

Pengalaman belajar dalam mata kuliah ini menghadirkan pemahaman yang lebih mendalam tentang betapa pentingnya mengintegrasikan perspektif sosio kultural dalam setiap aspek pendidikan. Kesadaran ini membangkitkan tanggung jawab saya sebagai pendidik untuk menjadi agen perubahan yang mendorong inklusi dan keadilan sosial melalui pendidikan. Pemahaman ini menjadi fondasi bagi refleksi pribadi dan tekad untuk mengaplikasikannya dalam praktik nyata.

Kesimpulan

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara memberikan dasar yang kokoh untuk membangun pendidikan yang inklusif dan relevan secara sosio kultural. Refleksi dari modul ini tidak hanya menjadi sumber inspirasi, tetapi juga menjadi pendorong untuk menghadirkan perubahan positif dalam pendidikan. Dengan merangkul kekayaan budaya lokal sebagai aset, langkah-langkah ini diharapkan dapat membawa dampak positif dalam menjawab kebutuhan dan tantangan pendidikan. Melalui kesadaran ini, saya berkomitmen untuk terus mempraktikkan nilai-nilai ini dalam kelas dan sekolah, menjadi pembawa perubahan yang berkelanjutan untuk masa depan pendidikan yang lebih inklusif dan adil.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline