Lihat ke Halaman Asli

Ahmed Tsar Blenzinky

TERVERIFIKASI

Blogger | Content Creator | Sagitarius

Duduk Bareng antar Anggota Keluarga

Diperbarui: 12 Agustus 2017   17:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Ilustrasi, sumber dari washingtonpost.com

Menjadi sesuatu yang luar biasa saat ini, yaitu kumpul antar anggota keluarga sekadar rapat misalnya. Sangat jarang dilakukan kumpul begitu karena pengaruh era online, di mana masing-masing anggota keluar malah sibuk sendiri dengan gadget miliknya. Atau masih bisa kumpul di ruang tamu tapi bukan untuk hal penting melainkan fokus masing-masing ke arah hiburan televisi.

Padahal anak-anak masih butuh bimbingan bagaimana cara bersosialisasi di media sosial online dan di lingkungan sekitar. Nah kalau bimbingan tanpa pengawasan dari orangtua tidak ada, maka yang ada hanya proses meniru dari perilaku hiburan televisi, kedua orangtua dan teman-temannya bagaimana cara bersosialisasi. Di sinilah fungsi rapat keluarga untuk mengawasi apakah ada yang keliru dari cara bersosialisasi anak-anak.

Bukan hanya membetulkan yang keliru, di rapat antar anggota keluarga juga ada upaya dari kedua orangtua untuk memberikan contoh yang benar sesuai dengan etika bersosialisasi. Misal, Ibu minta maaf ke anaknya karena tanpa sengaja "mempermalukan" dia di Facebook. Kadang kala orangtua juga salah, tanpa persetujuan dari anaknya main memposting saja foto anak itu (misal dalam keadaan kucel belum mandi). Menurut orangtua, foto kucel itu lucu apalagi kalau ada banyak like dan komentar-komentar menghibur. Padahal menurut anak, orangtuanya sedang mempermalukan dirinya karena tampang dirinya yang jelek dan diolok-olok pula oleh teman-teman orangtuanya.

Mboten Pareng

Makanya, jangan menyalahkan anak kalau anak tersebut misal memposting foto kakaknya lalu mengolok-ngolok foto tersebut (yang membuat kakaknya marah). Bisa jadi anak itu sedang meniru etika berinternet orangtuanya yang keliru atau bisa jadi anak itu sedang menegur perilaku orangtuanya dengan cara menyindir karena menegur secara langsung tidak berani.

Nah kumpul antar anggota keluarga pada akhirnya mengajarkan seluruh anggota keluarga untuk beretika secara benar ketika bersosialisasi. Di kumpul itu, orangtua bisa mengajarkan prinsip "Mboten Pareng" (bahasa Jawa: Tidak Boleh secara etika) ke anak-anaknya agar mereka saling respek terhadap privasi masing-masing anggota keluarga. Dampaknya bukan hanya bisa saling respek, prinsip Mboten Pareng juga mengajarkan ke anak-anak untuk tahu malu dan tahu batas pergaulan ketika bersosialisasi di media sosial dan masyarakat.

Pertanyaannya, bisakah saat ini satu keluarga modern mengadakan kumpul antar anggota keluarga? Bisa saja. Kumpul tanpa paksaan dengan pancingan yang menarik. Misal Ayah atau Ibu memberikan akses internet gratis ke anak-anaknya selama anak-anaknya itu kumpul di ruang tamu atau ruang keluarga. Tinggal belikan modem MiFi XL Go (yang bisa diakses lebih dari 10 perangkat gadget) lalu adakan semacam perjanjian ke anak-anaknya. Misal isi perjanjiannya: "Yuk seminggu sekali online bareng, tapi sebelum itu diskusi dulu ya."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline