Lihat ke Halaman Asli

Ahmed Tsar Blenzinky

TERVERIFIKASI

Blogger | Content Creator | Sagitarius

Lebih Baik Mana: Tanpa Gadget Atau Kecanduan?

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_136950" align="aligncenter" width="600" caption="ilustrasi (sumber:dailymail.co.uk) "][/caption]

Apakah diantara kalian ada yang mendapatkan kekasih melalui media online? Hati-hati anda bisa saja berpotensi menjadi pecandu gadget, apalagi bagi kalian yang memutuskan berpacaran di dunia maya. Tujuan awalnya memang baik agar hubungan tetap mesra tapi bila anda dengan kekasih menghabiskan waktu online lebih dari 6 jam per hari, kemungkinan indikasi kecanduan sudah mengejala di diri anda. Bayangkan, bila 6 jam waktu online anda terjadi pada siang hari berarti waktu produktif anda terkurangi. Sebaliknya, bila 6 jam waktu online anda terjadi pada malam hari berarti waktu istirahat anda-lah yang terkurangi.

Apakah menjadi pecandu gadget itu baik? “orang-orang yang menggunakan gadget terlalu banyak akan menderita masalah yang sama dengan pecandu lainnya seperti kurang tidur, mengabaikan pekerjaan utama dan gagal dalam proritas lainnya,” kata Kimberly Young, Direktur dari The Center For Internet Addiction, sebagaimana dikutip dari dailymail.co.uk tertanggal 19 Oktober 2009. Dalam kalimat lain gadget hanya lah alat untuk mencari jodoh, bersosialisasi atau lain-lain, tapi jika alat itu menyebabkan kerugian bagi hidup anda berarti masalah sedang melilit anda.

Berikut lima tanda anda kecanduan Gadget (khususnya handphone dan laptop) yang dikutip dari situs tierneylab.blogs.nytimes.com tertanggal 23 Januari 2008; (1). Anda lebih mengutamakan tampilan visual (baik dalam teks atau gambar) dalam berinteraksi daripada bertemu muka, (2). Ketika meninggalkan rumah, gadget harus dibawa. Di jalan pun anda tidak fokus atau tidak santai hanya gara-gara sering berinteraksi dengan gadget, (3). Keluarga atau teman-teman meminta Anda untuk berhenti, tetapi Anda tidak bisa. Internet menjadi menarik lebih kuat daripada menghabiskan waktu dengan keluarga atau teman-teman atau kegiatan favorit lain, (4). Karena seringnya berintraksi dengan gadget, anda kadangkala merindukan momentum yang membuat anda bahagia bersama keluarga tanpa gadget namun anda tak akan pernah bisa menggapai momen itu, dan (5). Walaupun dalam keadaan situasu dimana nyawa terancam, anda tak dapat berhenti ber-gadget ria. Misal seperti disaat anda berkendara tapi anda terus saja menelepon.

Generasi Y

Lalu, apakah anda harus hidup tanpa gadget 24 jam penuh selama seminggu? Kalau pertanyaan ini ditujukan kepada generasi saat ini, mungkin mereka akan bertanya balik kurang lebih: “buat apa kami hidup tanpa gadget karena hidup kami tak bisa lepas dari gadget?” Wajar mereka bertanya kritis begitu dan wajar pula mereka hidup tak bisa lepas dari gadget, hal ini karena mereka termasuk generasi Y. Mengutip situs milik Harian The Sydney Morning Herald tertanggal 7 Mei 2011, generasi Y mengandaikan suatu kelompok yang kenyamanannya dibangun dari alat-alat teknologi atau gadgets (smh.com.au). Karena tak bisa lepas dari teknologi, lebih jauh generasi Y akan selalu berinteraksi dengan gadget mereka sebelum tidur malam dan berlibur di akhir pekan (dua contoh situasi yang sebenarnya beragam gadget harus dimatikan).

[caption id="attachment_136979" align="aligncenter" width="431" caption="Ilustrasi (sumber: indowester.com)"][/caption]

Mari perjelas apa saja yang dilakukan oleh generasi Y terhadap alat gadgetnya? Dari sejumlah responden yang diteliti dan dipublikasikan oleh bizreport.com tertanggal 30 Juni 2010, sebanyak 74 % menggunakan gadget untuk bersosialisasi dengan keluarga dan teman serta bekerja. Kemudian sebanyak 71 % generasi Y menggunakannya untuk tetap up date berita terkini, 57 % untuk menonton televisi dan mendengarkan musik serta 56 % untuk berbelanja. Data-data yang telah disebutkan ini dapat bermakna; (1). Karena generasi Y adalah pecandu gadget maka mereka seringkali dimanfaatkan sebagai target empuk pemasaran, tentu strateginya melalui alat-alat teknologi juga, dan; (2). Bisa jadi generasi Y termasuk sekumpulan orang yang mengidap gangguan kejiwaan yaitu kecanduan. Dari berita yang saya baca di dailymail.co.uk, kecanduan gadget akan dipertimbangkan oleh para psikolog untuk dimasukkan ke dalam the Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders (DSM) edisi selanjutnya.

Neophiliacs

Pada saat mencari serta membaca beragam fakta dan data terkait tentang hidup tanpa gadget dan kecanduannya, saya merasa tersindir juga. Ya karena saya bersama kalian termasuk generasi Y. lebih jauh, jangan-jangan saya ini sudah pada tahap kecanduan gadget (dalam hal ini smartpone dan komputer). Bukti pertama waktu kerja dan istirahat saya tidak teratur karena terganggu untuk online. Kedua, tidak tahu lagi yang mana prioritas yang mana tidak hanya gara-gara ber-surfing di internet. Ketiga, kepala sering cenat-cenut kalau keinginan untuk online tidak tersampaikan karena sesuatu hal, apalagi kalau saya baru saja menuliskan status di Facebook atau mem-posting tulisan baru di Kompasiana. Keempat, saya seringkali mendadak panik hanya karena masalah sepele seperti status di FB atau tulisan di blog tidak dtanggapi. Kelima, mendadak panik juga kalau gebetan di dunia maya tidak online bersamaan dengan saya membuka internet.

Tapi untungnya kalau misal kecanduan gadget ada skalanya dari 1 sampai 10, saya baru di angka 3 dan mudah-mudahan tidak naik. Hal ini karena saya masih online di warnet alias belum memiliki jaringan internet sendiri, apalagi ponsel saya belum smartphone sekelas Iphone atau Blackberry. Sesuatu yang patut disyukuri karena waktu online saya sangat jarang lebih dari 6 jam dalam sehari. Bahkan, seminggu rata-rata hanya 3 kali.

Bagaimana dengan pengalaman kalian, apakah kecanduan gadget atau tidak? Tahu tidak menurut Wikipedia dan medialifemagazine.com ternyata kecanduan gadget sangat berhubungan dengansuatu tipe kepribadian yang ditandai dengan afinitas yang kuat untuk hal-hal baru?” Tipe kepribadian itu dinamakan Neophiliacs. Dalam kalimat lain, Neophiliacs selalu berkeinginan untuk memiliki hal-hal baru, termasuk alat gadget terbaru atau segala informasi terbaru di internet.

Menurut penelitian dari Yamagata University School of Medicine di Jepang, yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Psikiatri dan Genetika dan disebutkan dalam majalah New Scientist, penyebab orang-orang kecanduan hal-hal terbaru adalah enzim mitokondria yang disebut monoamine oxidase A. Maksudnya, jika tubuh anda banyak memproduksi enzim ini berarti anda berpotensi kecanduan gadget.

Lalu, jika memang ada enzim di tubuh kita yang menyebabkan kecanduan gadget, adakah tips-tips dari kalian bagaimana mengurangi kecanduan gadget tanpa harus hidup menyendiri terasing dari gadget? Share dong.

Diolah dari berbagai sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline