Lihat ke Halaman Asli

Ahmed Tsar Blenzinky

TERVERIFIKASI

Blogger | Content Creator | Sagitarius

Diplomasi Peradaban Barack Obama

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_70415" align="alignleft" width="300" caption="ilustrasi (civiculture.wordpress.com)"][/caption]

Rubrik Luar Negeri Kompas Minggu (7/2) kemarin memberitakan, kunjungan Hamid Karzai ke Raja Fahd. Yang menarik dalam pemberitaan tersebut, topiknya adalah diplomasi peradaban. Lanjut pemberitaan tersebut, Presiden Afganistan sedang menerapkan tesis Samuel L Huntington tentang peran seseorang dalam menjembatani dua peradaban. Tentunya, dua peradaban tersebut sedang mengalami benturan. Peradaban yang satu diwakili Taliban. Dan peradaban yang lain diwakili oleh "Islam ala Demokrasi Amerika".

Dengan kalimat lain, Raja Arab Saudi diharapkan mampu mempertemukan kemudian mendamaikan dua peradaban mikro yang sedang bertikai di Afganistan. Hamid Karzai secara cerdas mampu menilai orang yang tepat untuk menjadi mediator dengan mempertimbangkan track recordnya.

Kalau dua peradaban mikro sedang didamaikan, bagaimana merukunkan dua peradaban makro yang saat ini sedang "perang dingin" bahkan cenderung bertikai? Adakah peran mediator diperlukan di sini? Kembali kepada tesis Samuel L Huntington, masing-masing dua peradaban makro yang sedang berbenturan adalah Islam dan Barat.

Tepatkah menilai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai seseorang yang tepat sebagaimana peran Raja Fahd? Kalau pertanyaan ini ditujukan kepada Barack Obama, jawabnya akan ya tepat. Maka dari itu, saya (Presiden Amerika Serikat) akan berkunjung ke Indonesia Maret mendatang. Lebih jauh, Presiden Barack Obama sedang mengemban misi yang sama dengan Hamid Karzai. Bedanya, Cuma di tingkatan makro dan mikro.

Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa Barack Obama menilai SBY sebagai orang yang tepat dalam memainkan peran mediator? Tepat karena SBY adalah kepala negara Indonesia. Opini publik seluruh dunia telah mempersepsikan, Indonesia merupakan negara Muslim terbesar. Selain itu, Indonesia mencerminkan contoh negara yang mampu menjaga pluralisme, baik agama maupun budaya. Melihat dua contoh tersebut, Barack Obama akhirnya berkeputusan untuk berdiplomasi peradaban dengan Indonesia.

Secara implisit, Amerika Serikat sebagai perwakilan barat ingin berdamai dengan siapa sehingga membutuhkan peran Indonesia? Menarik "benang merah" diplomasi peradaban antara Hamid Karzai dengan Raja Fahd, pihak yang ingin diajak rukun adalah "Islam Garis Keras". Saat ini, "Islam Garis Keras" diwakili dengan jaringan Al-Qaedah.

Semenjak peristiwa 9/11, Amerika Serikat kewalahan menghadapi jaringan Al-Qaedah. Kelabakan karena perang dijawab dengan "jihad". Contoh lebih lanjut adalah invasi Amerika serikat beserta sekutunya ke negara Irak dan Afganistan. Terbukti, sudah sekian ribu pasukan meninggal karena bom "jihad" di dua negara tersebut. Oleh karena itu, Amerika Serikat "kapok" menggunakan diplomasi keras. Artinya, saatnya AS menggunakan diplomasi peradaban.

Diplomasi peradaban mengandaikan win-win solutions. Maksudnya, dibutuhkan cara yang kreatif untuk mendamaikan dua pemikiran yang sangat berbeda dan bertolak belakang tersebut. Semoga Indonesia, khusunya presiden, mampu memerankan peran mediator dalam diplomasi peradaban.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline