Lihat ke Halaman Asli

Ahmed Tsar Blenzinky

TERVERIFIKASI

Blogger | Content Creator | Sagitarius

Penyakit Khas Indonesia:Jengkolan

Diperbarui: 4 April 2017   16:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Para kompasianers, tunjuk tangan siapa yang suka jengkol? jangan tinggi-tinggi tunjuk tangannya, nanti ketahuan ketiaknya ada yang beraroma jengkol. Penyuka jengkol biasanya beralasan emosional, berbeda dengan yang tidak suka jengkol. Bagi yang tidak suka, disarankan mencoba terlebih dahulu olahan jengkol. Bagi yang suka jengkol, pernah kalap makan semur jengkol, lalap jengkol, gulai jengkol, sayur lodeh berjengkol, rendang jengkol, sampai keripik jengkol? hati-hati, nanti kena mudharatnya. yaitu jengkolan. Jengkolan adalah suatu penyakit yan terjadi ketika asam jengkolat (jencolid acid) gagal dilarutkan oleh ginjal sehingga membentuk kristal padat yang berakibat sulit membuang air seni. Jika pH darah kita netral, asam jengkolat aman-aman saja, tapi jika cenderung asam (pH kurang dari 7) asam jengkolat membentuk kristal tak larut. [caption id="attachment_51391" align="alignright" width="300" caption="semur jengkol"][/caption] Ciri-ciri penyakit jengkolan, biasanya didahului rasa pegal di pinggang yang sangar hebat. Disusul rasa nyeri nan melilit. Pegal dan sakit yang amat sangat itu dimungkinkan lantaran terjadinya gangguan pada saluran urogenital jengkolmania. Setelah itu, penderita akan didera kesulitan buang air kecil. Kalaupun bisa keluar, dicicil sedikit demi sedikit dan tentu saja, disertai rasa sakit. Pada kondisi lebih parah, saluran kencing penderita bisa tersumbat, sehingga tak mampu membuang kotoran sama sekali. Akibatnya, sakit yang ditimbulkan jadi demikian hebat, kadang tak kuasa ditahan para penderita. Serangan yang menyebabkan tubuh kejang itu bakal reda dengan sendirinya, perlahan-lahan setelah berlangsung beberapa jam, kadang tanpa pengobatan apapun. Air seni pun bisa lancar lagi, meski tak jarang disertai warna merah karena telah bercampur darah. Menurut hasil penelitian yang dilakukan pakar medis asal Jerman, seperti dikutip Prof. Dr. Ahmad Djaeni Sediatomo, dalam sekeping biji jengkol terdapat ikatan organik yang disebut asam jengkol atau jengkolic acid. Asam jengkol ini bersifat amphoter, bisa berbentuk ion pada reaksi biasa, tapi juga bersifat molekul netral pada reaksi netral (dengan pH sekitar 7.0). Ion asam jengkol sedikit larut pada reaksi asam dan reaksi basa, tetapi menjadi kristal yang tidak larut di dalam air pada pH (derajat keasaman) netral. Kristal asam jengkol itu berbentuk jarum mikroskopik yang sangat tajam kedua ujungnya. Bentuknya seperti jarum-jarum halus. Ujung jarum yang luar biasa tajam ini menusuk-nusuk dinding saluran air seni, sehingga menimbulkan rasa sakit dan pegal luar biasa. Tusukan-tusukan itu juga yang membuat saluran buang air seni mengkerut, sehingga jarum mikroskopik dapat menusuk labih dalam dan lebih dalam lagi. [caption id="attachment_51392" align="aligncenter" width="300" caption="sambel jengkol"][/caption] Setelah itu, terjadilah penyumbatan air seni, sebuah gejala dengan anuria (tak keluar kencing). Lazimnya, luka bekas tusukan itu juga mengeluarkan darah sehingga menyebabkan hematuria alias kencing darah. Memang, setelah melalui masa-masa menyakitkan selama berjam-jam, lambat laun air seni akan kembali normal. Endapan kristal asam jengkol pun larut kembali, diikuti oleh hilangnya rasa sakit. Tapi rasa sakitnya itu lho! Mana tahaaan?! Ternyata, resiko terkena jengkolan ini tidak tergantung pada banyaknya jengkol yang dikonsumsi, tetapi bergantung pada kerentanan tubuh seseorang. Orang yang rentan, mengonsumsi sedikit jengkol saja dapat menyebabkan terjadinya jengkolan. Apa yang memengaruhi kerentanan seseorang terhadap asam jengkolat belum jelas, tapi diduga akibat faktor genetik dan lingkungan. [caption id="attachment_51394" align="alignleft" width="300" caption="Rendang Jengkol"][/caption] Lantas, bagaimana kiat agar tetap bisa menikmati jengkol tanpa embel-embel jengkolan? Jangan terpengaruh pada mitos, buah jengkol muda lebih beracun ketimbang jengkol tua. Pada dasarnya, mengkonsumsi jengkol muda atau tua sama tingkat bahayanya. Hasil penelitian Oen dan kawan-kawan dari bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, menunjukkan, buah yang masih muda maupun tua sama-sama mengandung asam jengkol. Banyaknya asam jengkol di dalam biji jengkol memang berbeda-beda, tergantung pada varietas dan umur bijinya. Kandungan asam jengkol pada buah yang berumur satu bulan sekitar 1.1%. Jumlah ini bisa meningkat menjadi sekitar 1.6% ketika buah itu berumur lima bulan. Ada beberapa cara untuk mengolah keping jengkol, agar bisa dimakan dengan aman. Pertama, biji jengkol mentah dibuang bagian benihnya (bagian yang akan tumbuh menjadi bakal tunas baru), lalu belah menjadi dua bagian. Kepingan itu ditanam di dalam tanah (jangan terlalu dalam) sekitar tiga sampai empat hari. Setelah itu, kepingan-kepingan jengkol bisa diambil atau diolah menurut kesukaan masing-masing. Alhasil, ketika dikonsumsi, kadar asam jengkol diharapkan sudah turun. Namun, cara di atas belum menjamin para pemakan “kancing levi’s” (nama samaran untuk jengkol di kalangan para jengkolmania tertentu) tidak terserang jengkolan seratus persen. Jaminan bebas racun jengkol baru akan terpenuhi ketika asam jengkol terbukti secara alamiah sudah hilang sama sekali. Kiat tadi lebih bersifat mengurangi resiko terserang penyakit jengkolan. Cara kedua, mengolah jengkol menjadi rendang. Setelah bakal benihnya dibuang, biji jengkol dibelah menjadi dua bagian. Kemudian, kepingan jengkol direbus selama 6 – 7 jam sambil setiap kali dibuang buih-buihnya. Setelah direbus cukup lama dan buihnya tidak tampak lagi, biji jengkol bisa diolah menjadi rendang. Dalam sebuah penelitian ditemukan, dengan menggodok biji jengkol cukup lama, asam jengkol ikut terbawa air rebusan dan terbuang bersama buih rebusannya. Cara ketiga, kalau ingin lebih aman lagi, pada waktu memasak atau merebus biji jengkol, bubuhkan daun melinjo. Konon, menurut resep pengobatan tradisional di beberapa daerah, daun melinjo sangat ampuh untuk menetralkan racun asam jengkol yang bersarang di tubuh. Apabila tiga upaya pencegahan itu masih juga tak mempan menahan gempuran jengkolan, lakukan pengobatan. Pengobatan tradisional yang lazim dilakukan untuk pasien jengkolan adalah minum air gula merah (gula jawa) yang pekat dalam jumlah banyak. Atau memberi penderita minuman yang mengandung gas (soda), sehingga air seni menjadi alkalis (basa). Namun, jika semua upaya itu masih juga mentok, segera ke dokter. Siapa tahu, ada penyakit lain yang “membonceng” gejala akibat ulah si asam jengkol. Semoga bermanfaat bagi Jengkolers sumber informasi dari Intisari edisi Mei 2004 gambar dari: abisyakir.wordpress.com, ukhyeni.wordpress.com, dobelden.wordpress.com, v beha38b.multiply.com,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline