Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Raihan

Mahasiswa

Malam Jatuh di Surabaya

Diperbarui: 30 Juni 2023   21:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memesan tiket kereta secara tiba-tiba beberapa hari sebelumnya. Aku ijin mendadak pada Ibu untuk berangkat, apalagi kalau bukan menonton sepakbola. Sepakbola dalam hidupku tentu sering membuatmu khawatir. Raut getirmu setiap aku pamit pergi mendukung sepakbola tidak pernah berubah.

Tiba di Surabaya dipeluk hangat beberapa kawan dari GreenNord. Menjalang H-2 pertandingan. Kehangatan dilanjutkan di Rumah seorang kawan dengan suasana khas Surabaya, budaya cangkrukan yang mempunyai arti bersantai duduk bersama. Kami asik berdiskusi dan bertukar informasi kedaaan saat ini Surabaya-Jakarta. Ada beberapa orang yang memang tidak suka atau masih punya dendam masa lalu yang hingga kini diwariskan. Ini masih jadi catatan: barang siapa yang berkawan, tidak merasakan cacat maka tak berkawan.

Puluhan Jakmania datang H-1 pertandingan, perwakilan 4 tribun Persebaya menyambut kedatangan. Sebenarnya diliputi keraguan perasaan tidak tenang lebih dulu dari anak Jakmania yang sampai malam itu, karena mereka takut ada sweeping. Tapi tidak, Ratusan Bonek menyambut menyanyikan “Selamat datang…thejakmania…dari kami…BonekMania”.

Sebelumnya, November 2015, Bonek menyambut kedatangan Jakmania di Stasiun Gubeng ketika anak-anak Jakmania hendak melanjutkan perjalanan ke Malang untuk menyaksikan Arema vs Persija. Situasi serupa juga terjadi pada Agustus 2017, saat ratusan Jakmania tiba di Stasiun Gubeng dan disambut massa oleh kawan-kawan Bonek yang sejak sore sudah berkumpul. Rombongan Jakmania melanjutkan perjalanan menuju Madura.

Setelah dari Pasar Turi, Rombongan Jakmania dikawal menuju Warkop Pitulikur. Jakmania yang pada saat itu away Surabaya menjadi saksi. Jika bicara damai masih terlalu jauh, mungkin yang relevan saat ini adalah silahturahmi. Bagaimana anak-anak Jakmania diterima baik oleh Bonek di Surabaya.

Untuk kali pertama aku ke Surabaya menyaksikan Persija lewat mata telanjang. Permainan ngotot Persija dari awal laga membuahkan hasil. Persija lebih dulu mencetak gol, saat itu aku tidak tahu siapa yang mencetak Gol. Kedudukan bertahan sampai akhir laga. Catatan: sejak berkompetisi di Liga 1 pada 2018 Persija baru berhasil menang melawan Persebaya. Namun bukan kemenangan yang bakal dicatat abadi. Momentum dua kelompok terbesar di Indonesia: Bonek dan Jakmania. Puluhan Jakmania datang ke Surabaya dan bisa menyaksikan langsung dari tribun stadion. Bonek menunjukan citra positif tidak terdengar kabar adanya kerusuhan sepanjang pertandingan. Dari awal kedatangan hingga pulang team Persija mendapat kawalan dari teman-teman Bonek.

Surabaya mengingatkan aku tentang Jakarta. Kota pinggir laut dengan jiwa militansi: bersemangat tinggi, penuh gairah, berhaluan keras. Begitu malam jatuh di Surabaya, Aku dibangun dengan rasa hari itu menjadi upaya-upaya baik demi masa depan, demi anak cucu, demi sepakbola Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline