Dua resesi terjadi dalam periode waktu yang berdekatan. Well, bisakah itu terjadi? Meskipun dalam 50 tahun terakhir Indonesia hanya mengalami dua kali resesi dengan jarak yang lumayan jauh, yakni resesi pada tahun 1998 dan resesi pada tahun 2020 kemarin. Tahun ini, banyak analis ekonomi dunia memproyeksikan bahwa banyak negara di dunia pada tahun 2023 ini akan (kembali) resesi. Sebelum masuk lebih jauh, para pembaca diharapkan mengetahui mengenai konsep dari "resesi" itu sendiri, selanjutnya kita bisa masuk lebih dalam tentang indikator bahwa kondisi ekonomi suatu negara itu sedang mengalami resesi, faktor-faktor yang menyebabkan resesi, apa-apa saja yang harus kita persiapkan sebelum resesi, kaitannya dengan resesi tahun 2020 kemarin, dan probabilitas Indonesia juga ikut resesi.
Kita masuk pada pembahasan pertama, apa itu resesi? Sebelum masuk lebih jauh, banyak dari kalian mungkin sudah mengenal tentang Produk Domestik Bruto atau PDB.
PDB mengukur seberapa besar barang dan jasa yang diproduksi dan diperjualbelikan di suatu negara pada periode tertentu.
Supaya lebih mudah analoginya kita asumsikan seperti ini, Anda membeli coklat seharga Rp10.000, secara tidak langsung Anda sudah menambah besaran PDB negara kita sebesar Rp10.000, PDB itu sendiri merupakan akumulasi dari orang-orang seperti Anda yang membelanjakan uangnya untuk membeli sesuatu, entah itu berupa barang atau jasa. PDB itu sendiri juga bisa digunakan untuk mengukur seberapa "sejahtera" masyarakat suatu negara yang dilihat dari tinggi-rendahnya daya beli masyarakat.
Ketika daya beli masyarakat mengalami penurunan yang diakibatkan pada faktor tertentu (akan dibahas setelah ini) selama 2 kuartal berturut-turut, maka kondisi seperti itu bisa didefinisikan sebagai resesi. Lebih tepatnya ketika pertumbuhan ekonomi suatu negara melambat, sehingga membuat PDB bernilai negatif. Pertumbuhan ekonomi menjadi negatif apabila banyak masyarakat yang tidak mampu untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi oleh produsen.
Penyebabnya bermacam-macam, misalnya karena kenaikan harga yang diakibatkan oleh terhambatnya rantai pasok yang berdampak pada kenaikan harga bahan baku. Ketika kenaikan harga tersebut tidak dibarengi dengan naiknya daya beli masyarakat, maka tidak ada perputaran uang di sana, pegawai/produsen tidak mendapatkan penghasilan, kemudian mereka tidak mampu untuk membeli kebutuhan, kondisinya selalu berputar-putar seperti itu. Bayangin, kalau hal itu terjadi dalam skala nasional, itu sudah merupakan indikasi awal terjadinya resesi pada suatu negara.
Dari ilustrasi di atas sudah terlihat seberapa kacaunya kondisi resesi itu, maka dari itu kita harus menyiapkan strategi untuk menghadapi resesi. Mungkin kalian pernah mendengar pernyataan bahwa "resesi selalu menciptakan orang kaya baru", dan ada tiga hal yang mereka persiapkan sebelum menghadapi resesi. Pertama, ilmu, terutama ilmu ekonomi. Orang-orang yang memiliki kecakapan dalam berpikir kritis dan dapat menganalisis kondisi ekonomi di sekitarnya cenderung bisa bertahan dalam resesi. Dengan ilmu, kita juga dapat memahami konsep resesi, konsep inflasi, dan tau bagaimana harus bertindak ketika orang-orang sekitar panik akan datangnya resesi. Kalau semua orang panik, menahan uang mereka untuk dibelanjakan, secara tidak langsung tindakan ini malah meningkatkan risiko terjadinya resesi.
Maka dari itu, hal kedua harus kita persiapkan sebelum resesi adalah dana darurat. Karena pada dasarnya kita semua juga tidak tau kejutan apa lagi yang akan muncul, seperti pandemi covid kemarin, banyak orang yang di-PHK dan tidak memiliki tabungan atau dana darurat untuk dapat bertahan pada kondisi tersebut (bikin roda ekonomi benar-benar melambat). Oleh karena itu, dana darurat di sini penting, entah itu menyiapkan sebesar 6 kali gaji bulanan atau lebih dari itu.
Yang ketiga, komponen yang bisa kita persiapkan sebelum resesi adalah "uang dingin", gambarannya seperti konsep dana darurat. Kita menyiapkan uang tunai untuk digunakan dalam berbagai instrumen investasi seperti saham dan reksa dana. Perlu diketahui bahwa pada kondisi resesi, banyak harga saham perusahaan mengalami penurunan, kita bisa mengambil momentum itu untuk membeli saham dengan harga "diskon" dan menjualnya ketika kondisi ekonomi sudah normal kembali dengan harga yang jauh lebih tinggi. Oleh karena itulah, ada istilah bahwa
"resesi selalu menciptakan orang kaya baru".
Well, tentu saja tidak ada dari kita semua yang menginkan resesi terjadi, tetapi tidak ada salahnya juga untuk menyiapkan beberapa hal di atas sebagai sikap waspada karena belakangan ini perubahan terjadi begitu sangat cepat. Sesuai judul artikel ini, dua resesi terjadi terjadi dalam periode waktu yang berdekatan.