Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Zulki

Menulislah, engkau akan abadi

Sufi Milenial 4.0

Diperbarui: 23 Januari 2020   06:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

aktual.com

Kaum milenial di dentik dengan tingginya interaksi dengan teknologi dan ditandai dengan pesatnya industrialisasi, globalisasi dan hegemoni. Perkembangan industri 4.0 telah berhasil menghantarkan manusia menjadi insan yang bisa terbang diatas "pesawat" kemudahan. 

Teknologi dan informasi bisa dengan mudah diakses oleh setiap anak Adam, baik bocah masih ingusan sampai orang tau yang sudah berbau tanah. Seiring dengan datangnya kelebihan dan kemanfaatan teknologi tersebut, ia juga membawa dampak negatif, yaitu dikhawatirkan dapat mengikis nilai-nilai moral dan spiritual manusia, dimana rasioanalisasi menjadi Tuhan kecil bagi manusia pada era modern. 

Sayyed Hosein Nasr pernah mendendangkan nasihat kepada umat modern, bahwa dalam kemewahan dan kecanggihan teknologi, terdapat kekeringan nilai spiritual islami. 

Pertanyaan muncul kemudian, apakah pendekatan tawasuf bisa menjadi tawaran penyembuh atas problematika yang dialami manusia modern? bagaimanakah bentuk ajaran yang bernafaskan mistik-sufistik tersebut?

Para sufi kontemporer telah mensosialisasikan model bertawasuf kekinian dengan menghembuskan doktrin yang menyebutkan bahwa menjadi sufi itu tidak harus mengasingkan diri dalam gua, lari dari kehidupan masyarakat, meninggalkan tanggung jawab sosial dan seterusnya. 

Tetapi pelaku sufi kontemporer malah dituntut untuk lebih meningkatkan nilai kreatifitas, kerja keras dalam membangun dan mengembangkan nilai peradaban yang semakin dinamis. Kaum milenial tidak mesti harus jijik terhadap apa yang disebut tawasuf. Karena ada banyak jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. 

Maka mengendarai teknologi dan informasi yang berkembang sebagai jembatan menuju Allah swt, itu sangat memungkinkan untuk dijalankan. Seorang sufi tidak harus menyontek gaya sufi klasik yang harus menggunakan pakaian kasar dan hina. 

Memakai pakaian branded dan memiliki kendaraan super canggih tidak mutlak menjadi penghalang dalam menemukan cinta Ilahi. Bukankah lebih indah dan nikmat, jika semua anugerah Tuhan-teknologi, informasi, dan industri-dijadikan jembatan dalam meraih cinta dan kasih sayang-Nya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline