Lihat ke Halaman Asli

Bola Simbol Humanisme Dunia

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_98969" align="alignleft" width="300" caption="Piala Dunia 2010 ditangan Peraih Nobel Perdamaian 1993 Nelson Mandela. Semoga pertanda baik untuk dunia yang damai. (foto: http://misschee.wordpress.com/2009/02/)"][/caption] Bola, bola, bola itu tetap bundar. Meski dilihat dan diperhatikan oleh ratusan juta penduduk di dunia. Bola memang memiliki daya tarik yang luar biasa. Memang banyak macam bola, ada bola tenis, ada bola pingpong, ada bola volley, ada bola takraw. Namun orang berassosiasi tentang bola ternyata banyak tertuju pada bola sepak (sepak bola/soccer). Bola masih sangat menarik bagi manusia untuk ditendang disundul, digiring, ditangkap dan dilempar, asal bukan bola panas. Bola pun secara arti pun banyak mengarah ke olah raga fisik yakni, sepak bola. Bola sebuah object menarik yang bergulir-gulir tidak hanya bagi manusia namun bagi binatang, seperti kucing, anjing dan lumba-lumba. Kata bola pun sudah dikenal sejak jaman yunani kuno dalam sebuah homer (epic) yang digambar di monumen mesir. Dalam homer/epic tersebut Nausicaa sedang bermain bola dengan Odiseus perawan ketika pertama kali melihat tanah Phaeacians. Sejak jaman Yunani Purba, bola telah menjadi olahraga atletik untuk menjadikan tubuh tetap lentur dan menawan yang dimainkan oleh laki-laki dan perempuan. Bola telah menjadi bagian yang menarik baik bagi laki-laki maupun perempuan sejak jaman yunani purba atau pada awal masehi meski bola belum terbentuk dari karet namun terbuat dari buntalan kain tenun yang dimainkan di mesir kuno. Bola adalah kemajuan peradapan manusia. Meskipun sejak awal bola merupakan olahraga yang identik dengan kekerasan namun setidaknya bola telah menjadi olahraga tontonan pengganti olah raga duel galdiator antara manusia versus manusia yang berdarah-darah. Seiring perkembangan jaman, bola ternyata tidak menjadi klaim satu suku bangsa. Hampir seluruh suku bangsa berdiri di pusaran bola dunia pun ternyata gila bola dan memiliki sejarah dan budaya sendiri tentang bola. Tidakkah kompasioner pernah heran mengapa bola telah begitu mamasuki hidup kita? Bola kini, telah menjadi olahraga yang prestesius mengiringi kemajuan peradapan manusia. Nama piala bergilir pun mengunakan kata dunia, yakni world cup (Piala Dunia). Sebuah simbol piala olahraga satu-satunya yang dengan menggunakan kata dunia/world yang berkonotasi piala yang diberikan oleh seluruh masyarakat dunia. Piala dunia pertama diberikan kepada Negara Uruguay ketika jeda perang dunia 1. Perang dunia pun sempat terhenti dan negara-negara yang berperang pun bisa menyatu kembali untuk bermain bola, meski perang dunia pecah kembali beberapa tahun setelah piala dunia pertama dihelat. Ya, setidaknya bola pernah menyelamatkan dunia dari perang dunia. Dan bola telah menjadi hiburan yang popularitasnya melebihi olahraga gladiator yang diciptakan raja romawi kuno. Bola berpotensi sebagai olahraga yang bisa menyatukan suku-suku bangsa di dunia dalam sejarahnya. Bisakah hal ini terjadi untuk menggantikan kondisi alami (nature) manusia yang suka berperang merebutkan sumber daya (resources) sejak peristiwa Habil dan Qobil putra manusia pertama Adam. [caption id="attachment_98976" align="alignright" width="215" caption="perempuan pun menunjukan ekpresinya terhadap bola. (foto: http://wendellwallace.files.wordpress.com/2008/06/world20cup205.jpg)"][/caption] Di tengah masyarakat yang semakin materialistis yang cenderung melupakan agama, mampukah bola mengingatkan kembali umat manusia bahwa sesungguhnya mereka itu satu untuk dunia yang damai? Fenomena suporter tim sepak bola yang bersorak-sorai di lapangan mendukung timnya bertanding hingga holiganisme sangat dipahami sebagai wujud untuk menunjukan kepada dunia bahwa orang-orang dari suku bangsanya piawai bermain bola. Fenomena bonek, jak mania, singa mania, viking mania, hingga ke hooligan wajib menjadi perhatian khusus bagi pengelola industri bola. Mereka harus lebih serius mengurus bola, jika tidak naluri alami manusia suporter mania bola sangat mungkin tertumpah lagi seperti yang dilakukan baru-baru ini oleh suporter persebaya yang sering disebut bonek. Delapan puluh satu hari menuju world cup 2010 sejak tulisan ini dibuat. Blogger blog ini bermimpi untuk untuk bisa mendapatkan ticket ke Afrika untuk melihat perhelatan “perang antar suku bangsa” melalui bola secara langsung. Datang ke afrika untuk melaporkan secara langsung World Cup 2010 di negeri yang dikenal sebagai tempat lahirnya operating system komputer yang diperuntukan untuk kemajuan peradapan semua manusia, yakni Ubuntu. Datang untuk meliput dari sudut ubuntu yang humanis, kesetiaan masyarakat untuk berhubungan satu sama lain. [caption id="attachment_98981" align="alignleft" width="260" caption="anak-anak pun tak mau ketinggalan berekspresi tentang bola. (Foto: http://rockkansas.com/downloads/wallpaper/worldcup-wallpaper.jpg)"][/caption] Tak sabar rasanya menanti siapa yang akan menjadi pemenang di world cup 2010 nanti. Pemenang ajang bergengsi dunia yang layak disebut kampiun yang berasal dari kata champion. Ya, kampiun sang juara sejati yang tentunya diperoleh dari sportifitas. Menantikan piala dunia yang lebih humanis melahirkan kampiun sejati, sportifitas seperti semangat bola dari sejak lahirnya. World cup 2010, nantikan sorak soraiku di sana. Semoga doaku dari keyboard laptop ubuntu tulisan ini hanya dicopy dan diclone di situs pribadi saya (www.ahmadzainul.wordpress.com)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline