Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Zaidan

Mahasiswa

Strategi Inovasi Blue Bird Mengatasi Tantangan Digital Melalui Kolaborasi, Perkrutan Hingga Aksi Viral

Diperbarui: 6 Mei 2024   22:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Istri Djokosoetano, Mutiara Siti Fatimah Djokosoetano, mendirikan taksi reguler Blue Bird pada tahun 1965. Djokosoetano sendiri memiliki pengalaman di bidang hukum  kolonial. Ia secara historis dikenal sebagai orang yang meletakkan dasar bagi pelatihan hukum di dunia militer dan kepolisian.

Djokosoetano bukanlah pejabat kaya raya dan meninggal pada 6 September 1965. Alberthiene Endah  dalam Sang Burung Biru (2012) mencatat, istri Djokosoetano, Mutiara Siti Fatimah Djokosoetano, menerima dua buah mobil  dari warga milik PTIK dan AHM, sebuah sedan Opel dan sebuah mobil mercedes.

Sepeninggal Djokosoetano, Mutiara mengasuh Mercedes Purnomo, Chandra dan Mintarsih, ketiga anaknya. Mereka butuh uang karena studinya belum selesai. berbicara tentang dua mobil yang diberikan oleh pemerintah untuk digunakan berbicara tentang dua mobil yang diberikan oleh pemerintah untuk digunakan sebagai taksi, kedua mobil tersebut kemudian diubah menjadi taksi ilegal.

 Chandra dan Purnomo juga merupakan pengemudi.

 Ketika pesan telepon dikirim ke rumah mereka, taksi ilegal itu  bergerak.

 Setiap orang di rumah harus siap menjadi operator telepon.

Blue Bird Menjadi Taksi yang memiliki Izin

Pada tahun 1971, Gubernur Ali Sadikin mengumumkan bahwa DKI Jakarta yang dipimpinnya membutuhkan taksi argo untuk mewujudkan perkotaan Jakarta. Seperti yang  diakui dalam memoarnya, Bang Ali: Setengah Jakarta 1966-1977 (1993: 131&232), ia mencoba mengatur taksi di bandara dan memperbanyak armada taksi di Jakarta.

 Syaratnya harus di 100  taksi. Sedangkan  Blue Bird memiliki 60 mobil sehingga ditolak Gubernur Ali Sadikin, sehingga Blue Bird terpaksa meminjam ke bank.Tahun berikutnya, pada tanggal 1 Mei 1972, sebagaimana dicatat oleh Albertine Endah, "jalanan Jakarta mulai diwarnai oleh taksi biru bergambar burung terbang" (hal.130).

Blue Bird berkembang pesat dari tahun ke tahun di beberapa kota besar hingga pada tahun 1985 mencapai armada 2000 taksi. Hingga pada tahun 2010 muncul aplikasi panggilan taksi/ojek  online (Gojek), sehingga  banyak orang yang mendaftar atau memesan secara online seperti Gojek, Uber,  Grab.

 Pada tahun 2019 ini juga, dunia sedang mengalami epidemi Covid-19. Pendapatan  Blue Bird juga mengalami penurunan tipis sebesar 2,89% menjadi Rp 1,91 triliun dibandingkan semester I 2018 yang mencapai Rp 1,97 triliun. Meski mengalami penurunan, pendapatan  kendaraan selain taksi masih meningkat sebesar 7,60% pada semester pertama tahun ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline