Korupsi bukan hanya masalah ekonomi yang merugikan negara, tetapi juga berimbas besar pada kehidupan sosial, terutama bagi perempuan. Di berbagai kasus, perempuan terlibat dalam praktik korupsi, baik sebagai pelaku maupun korban. Berikut ini penjelasan mengenai penyebab dan dampak korupsi yang melibatkan perempuan, serta contoh-contoh nyata yang terjadi di Indonesia.
Penyebab Korupsi yang Melibatkan Perempuan
1. Keterlibatan dalam Dinasti Politik
Banyak perempuan terlibat dalam korupsi melalui dinasti politik. Mereka sering kali adalah istri atau keluarga dari pejabat berkuasa. Contohnya, kasus Ratu Atut Chosiyah, mantan Gubernur Banten, yang terlibat dalam korupsi yang melibatkan keluarganya. Perempuan dalam situasi ini sering merasa terdorong untuk mendukung tindakan korupsi demi menjaga kedudukan dan keharmonisan keluarga.
2. Tekanan Sosial dan Ekonomi
Perempuan sering kali berada di posisi rentan secara sosial dan ekonomi, yang membuat mereka lebih mudah terjerumus dalam praktik korupsi. Contoh nyata adalah Mindo Rosalina Manulang yang terlibat dalam suap terkait pengadaan Wisma Atlet. Ia menghadapi tekanan dari atasan dan kebutuhan finansial yang mendesak, yang akhirnya mendorongnya untuk melakukan tindakan korupsi.
3. Kurangnya Akses terhadap Kekuasaan
Keterbatasan akses perempuan dalam pengambilan keputusan sering kali membuat mereka sulit menolak tawaran atau tekanan untuk melakukan korupsi. Dalam situasi seperti ini, perempuan bisa menjadi korban sekaligus pelaku, terjebak dalam lingkungan yang koruptif.
Dampak Korupsi Terhadap Perempuan
1. Akses Terbatas terhadap Layanan Publik
Korupsi sering kali membatasi akses perempuan terhadap layanan publik penting seperti pendidikan dan kesehatan. Di beberapa kasus, perempuan terpaksa membayar suap untuk mendapatkan layanan dasar ini, memperparah ketidakadilan sosial. Perempuan dari golongan ekonomi rendah lebih sering menjadi korban praktik ini.