Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Yudi S

#Ngopi-isme

Cinta yang Membunuh

Diperbarui: 15 Agustus 2019   16:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Angin berhembus lembut dari selatan ke utara. Melintasi rimbunan pepohonan, daun-daun menari diatasnya dan menabrakkan diri ke dinding-dinding sekolah yang telah berusia 8 dekade.

Hampir setiap hari, Aku melintasi lorong dan kelas-kelas ketika matahari terbenam, dan akan menutup diri jika matahari mulai terbit. 

Aroma tubuhku sangat khas sekali, beraroma bunga kenanga, sebab aku menyukai bunga kenanga dan para penjaga sekolah tahu akan itu. Suhu tubuhku selalu dingin, dingin seperti angin malam yang menyelimuti sekolah ketika malam hari.

Sekolah akan mulai dibanjiri pelajar pada pagi hari dan ketika sore hari mereka berhamburan keluar meninggalkan sekolah, dan seperti itu seterusnya. 

Sungguh memuakkan! Mereka yang datang ke sekolah semata-mata bukanlah sebagai penuntut ilmu, mereka datang ke sekolah dengan berbagai kedok; mengejar harta, tahta, dan wanita! Sekolah telah menjelma sebagai gerbang menuju masa depan yang menjanjikan. 

Hanya mereka yang memiliki uang dan gairah lebih untuk mendapatkan secarik kertas yang berhologram; tiket mereka menuju masa depan demi tujuan mereka tadi. Absurd, ya, memang begitu.

Namun, tidak semua pelajar seperti itu. Beberapa di antara mereka ada yang dengan tulus menuntut ilmu dan mendermakannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Mereka adalah sekumpulan orang yang percaya dengan dogma-dogma dan berusaha mempertahankan alam secara alamiah; membiarkan alam bekerja dengan hukum alamnya, yang lemah akan ditindas, yang kuat akan bertahan atau berkuasa.

Setiap tahun, sekolah berhasil menumbuhkan benih-benih prestasi dikalangan pelajar, baik prestasi akademik maupun non-akademik; itu adalah masa kejayaan sekolah yang selalu berulang setiap tahun. Dan di balik itu, terdapat kisah kelam yang membuntutinya.

Setiap tahun ajaran baru, sekolah menerima siswa baru dan menyerahkannya kepada kakak kelasnya untuk disambut lewat kegiatan MOS. 

Melalui kegiatan itu, para senior akan mulai menunjukkan senioritasnya pada adik-adiknya, siswa baru di sekolah ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline