Lihat ke Halaman Asli

Laut Indonesia Sudah Mulai Tawar

Diperbarui: 13 Agustus 2015   11:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin laut Indonesia sudah mulai tawar. Kenapa saya katakan begini? Sebagai negara yang memiliki luas laut seharusnya ini menjadi keunggulan Indonesia untuk memprodusi garam. Kondisi di lapangan kebutuhan garam di dalam negeri masih mengimpor dari negeri tetangga. Setiap tahun Indonesia masih mengimpor garam industri 2,2 juta ton. Padahal Indonesia dikelilingi lautan yang luas dan didukung oleh panas matahari hampir setiap hari. Ini sangat ironi mengingat Indonesia mengimpor garam dari Singapura. Yang luas wilayahnya hanya 718,3 km2 dibandingkan dengan luas wilayah lautan indonesia 3.257.483 km2. Apabila impor ini dilakukan terus menerus tidak memungkiri terjadinya kematian program swasembada pangan nasional.

Untuk semester tahun ini saja, Indonesia sudah mengimpor 405 ribu ton atau 18,4% dari realisasi impor tahun lalu. Hal ini harus dipertanyakan. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), neraca pertumbuhan produksi garam tahun 2010-2014 masih menunjukkan pasokan impor lebih besar. Artinya Indonesia masih bergantung pada negara lain untuk memenuhi kebutuhan garam nasionalnya.

Alasan pemerintah karena faktor cuaca, lahan yang sempit dan kebutuhan garam nasional untuk konsumsi cukup tinggi, sehingga produksi garam lokal tidak bisa memenuhi konsumsi masyarakat. Seharusnya pemerintah saling bersinergi dengan petani garam untuk menekan impor garam. Perlunya kontrol pemerintah mengingat nasib petani garam yang terancam akan gulung tikar akibat impor garam pada masa panen, sehingga garam petani lokal menjadi jatuh.

Pembangunan industri garam merupakan hal yang penting bagi negara ini, kita bisa mengakhiri ketergantungan pada impor garam jika pemerintah lebih berpihak kepada petani garam dan menyelidiki tangan-tangan nakal dibalik impor garam. Sehingga kita tidak harus impor terus-terus kan?

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline