Lihat ke Halaman Asli

Ketidaktegasan Terhadap Peristiwa yang Mencederai Fairplay

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Dalam setiap pertandingan Olahraga, Fair play adalah suatu hal yang di junjung tinggi oleh semuanya. Tidak hanya di cabang Olahraga tertentu saja namun semua cabang Olahraga . Namun kali ini kita akan membahasnya di salah satu cabang olahraga yang sangat popular di Indonesia yakni Bulutangkis. Bulutangkis adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang (untuk tunggal) atau dua pasangan (untuk ganda) yang saling berlawanan. Tidak hanya di Indonesia, olahraga ini menjadi sangat popular di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara yang saat ini mendominasi olahraga ini dan juga di Skandinavia seperti Denmark, Swedia, Inggris.

Di Indonesia sendiri Olahraga ini telah melahirkan pemain-pemain besar yang diperhitungkan oleh dunia baik pada eranya hingga sampai sekarang. Nama-nama tersebut seperti Rudi Hartono dengan 8 titel All England nya yang hingga kini belum bisa terpecahkan rekor tersebut baik oleh pemain sekaliber Lin Dan pun. Di Nomor yang saat ini dianggap menjadi nomor yang paling lemah Tunggal Putri pernah melahir kan pemain ajaib yang bisa dikatakan pebulutangkis putri tebaik abad ke 20 yakni Susi Susanti. Sebetulnya masih banyak lagi nama-nama pebulutangkis tersohor di negeri ini seperti Liem Swie King, Alan Budikusuma, Ricky Subagja, Rexy Mainaki, Taufik Hidayat hingga Maria Kristin Yulianti.

Bulutangkis saat ini bisa dikatakan jauh lebih merata kekuatannya dibandingkan beberapa decade tahun yang lalu. Dulunya hanya didominasi Negara-negara tertentu seperti Tiongkok, Indonesia, Korea, Denmark, Malaysia kini Negara-negara yang dulunya tidak diperhitungkan seperti India, Thailand, Chinese Taipe mulai diwaspadai oleh Negara-negara tadi.

Dominasi Tiongkok di olahraga tepok bulu ini memang bisa dikatakan keterlaluan. Hampir setiap penyelenggaraan turnamen BWF baik Super Series (Premier) maupun GP Gold atau turnamen setingkat dibawahnya. Namun yang perlu disayangkan dengan banyaknya peristiwa Walkover yang dilakukan pemain Tiongkok dengan alasan cidera disaat Pemain mereka harus betemu satu sama lain khususnya dibabak Semifinal maupun Final. Peristiwa ini sangat sering dilakukan oleh Tiongkok dan tentunya semuanya bertanya-tanya apakah pemain mereka memang benar-banar cidera atau ini hanya strategi karna yang kita ketahu bahwa pemain Tiongkok jarang sekali melakukan Wolkover saat mereka harus bertemu dengan pemain dari Negara lain. Tentunya hal ini sangat mencederai Fairplay dan merugikan penonton yang hadir karna yang semula mereka mengharapkan permainan apik para pemain dunia tersebut tetapi malah sebaliknya.

Seharusnya tindak tegas oleh asosiasi bulutangkis dunia (BWF) sudah semestinya dilakukan, seperti memberikan sanksi kepada pemain tersebut atau bahkan kepada pelatihnya sekilian jika memang diperlukan. Sanksi tersebut bisa berupa pengurangan poin hingga skorsing.dengan harapan supaya Olahraga yang seharusnya menjunjung tinggi sportifitas (fairplay) bisa tetap berjlalan dengan baik. Apalgi saat ini Asosiasi Bulutangkis Asia dipimpin oleh orang Indonesia yiitu bapak Anton Subowo. Meskipun bukan pemimpin Asosiasi Bulutangkis dunia melainkan hanya di Asia namun kita tetap berharap di bawah kepemimpinannya Bulutangkis bisa berkembang dengan baik dan tentunya harus menjunjung sportifitas dalam bermain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline