Lihat ke Halaman Asli

Di Balkoni Apartemenku

Diperbarui: 16 Maret 2016   18:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

DI BALKONI APARTEMEN

#novel Abii#
 

Sore ini aku duduk seorang diri di balkoni apartemen tempat tinggal ku. Aku tinggal di Australia wilayah paling selatan. Tepatnya di Kota Hobart, Tasmania. Aku tinggal di sebuah apartemen. Beralamat di 248 Nelson Road, Mount Nelson, Tasmania-Australia. Aku sudah tinggal di sini selama satu tahun setengah. Dan aku berharap dalam jangka waktu dua tahun kedepan aku bisa menyelesaikan pendidikan S3 ku di salah satu univesitas negeri di Australia ini.

Saat itu cuaca sangat cerah. Udara cukup segar bertiup agak kencang. Udara di Australia khsusnya negara bagian Tasmania memang terasa lebih dingin di bandingkan di negara bagian lain. Apalagi jika dibandingkan dengan udara di Indonesia. Suasana yang cerah seperti ini selalu mengingatkan ku pada masa lalu. Masa waktu masih kecil.

Pemandangan apartemen ku sangat indah. Posisinya yang berada di perbukitan membuat ku leluasa memperhatikan pemandangan bagian bawah apartemen ku. Di bagian bawah ada sungai yang sangat besar dan luas. Sementara di bagian kiri atas terlihat bangunan rumah-rumah dan gedung-gedung perkantoran yang terlihat jelas dari ketinggian.

Aliran sungai Derwent yang lebar dan dalam, terlihat sangat mempesona. Terutama jika sore hari seperti ini. Di bagian sungai agak atas terlihat sebuah jembatan panjang. Menurut cerita seorang sopir yang pernah menjumput ku saat pertama kali sampai di kota ini. Panjang jembatan itu satu kilo meter lebih. Kalau dilihat dalam buku sejarah, panjang jembatan itu tepatnya 1.395 M. Jembatan ini mulai dioperasikan pada tahun 1965. Saat Indonesia sedang menghadapi pergolakan PKI.

Sementara itu, di bagian bawah jembatan searah aliran sungai, terdapat bangunan-bangunan menjulang tinggi. Ada hotel dan gedung-gedung perkantoran dan musium. Lokasi jempatan itu memang tidak terlalu jauh dari pusat kota Hobart. Jarak dari jembatan hanya sekitar dua ratusan meter. Tetapi dari apartemen ku kelihatanya sangat dekat dengan jembatan. Hal itu karena gedung-gedung itu tinggi, sehingga terlihat seolah antara gedung dan jempatan berdampingan. Di sisi sungai terdapat banyak kapal-kapal kecil, yang oleh masyarakat disebut dengan boat. Disanalah terminalnya boat-boat itu diparkir. Itu sebabnya di salah satu disi terdapat sebuah tempat yang disebut dengan boatwalk. Disana ada kapal-kapal kecil yang diparkir secara rapi. Sementara itu, di sela-sela kapal kecil itu ada jalan setapak yang mengambang di barisan kapal-kapal kecil itu. Semua tertata sangat rapi. Saking rapinya penataan terminal boat itu, jalan setapak atau footpath itu nampak seperti susunan rumah-rumah yang tertata rapi di perumahan. Susunannya memang mirip seperti struktur perumahan di kota ini jika kita melihat di google maps.

Air nampak jernih. Tidak ada sampah sedikitpun. Dalam air sungai nampak jelas tidak tercampur dengan kotoran apapun kecuali lumpur biasa. Airnya yang jernih terlihat sangat biru. Saat berada di atas boatwalk, kita akan melihat sungai itu sangat dalam. Di pinggiran sungai itu kita juga bisa melihata bagian bawah sungat yang banyak kerang-kerang menempel badan beton penyangga jalan. Juga beberapa ikan yang bentuknya aneh-aneh. Rasanya aku belum pernah melihat jenis ikan itu selama di negeri ku. Aku pernah juga menyaksikan banyak cumi-cumi kecil. Jika kita beruntung, menurut teman-teman yang sudah lama tinggal disini, kita bisa melihat anjing laut yang bermain-main di tengah sungai. Sayang selama aku disini aku belum pernah melihatnya.

Di bagian pinggir sungai, tepatnya dekat sebuah gedung yang besar. Gedung itu adalah gedu yang dinamakan Arts Center. Gedung milik universitas dimana aku saat ini belajar. Di situ terdapat dua darmaga besar. Satu darmaga terlihat sangat besar. Jika tidak ada kapal yang sedang mendarat lempengan darmaga itu terlihat jelas dari balkoni apatement ku. Padahal jarak apartemen sampai ke darmaga itu mungkin sekitar tiga sampai enam kilo meter. Di darmaga itulah kapal pesiar biasanya berlabuh. Kapal-kapal pesiar ini biasanya akan hilir mudik dan berhenti disina saat musim panas tiba. Para turis yang sedang berkeliling dunia, pasti akan singgah di kota yang indah ini.

Menurut cerita teman, kapal-kapal itu akan memberi kesempatan para penumpang  untuk berwisata beberapa hari di kota kecil ini. Itulah sebabnya saat musim panas tiba kota yang sebenarnya sepi ini menjadi sangat ramai saat musim panas tiba. Kapal-kapal itu Sekaligus mengisi segala kebutuhan kapal sebelum melanjutkan perjalanan ke negara lain.

Sementara itu, dermaga yang satunya digunakan untuk kapal-kapal barang. Kapal kargo ini hampir setiap saat ada. Cuma karena ukurannya yang tidak begitu besar. Keberadaannya sering tidak menarik perhatian kami.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline