Lihat ke Halaman Asli

Penganugrahan Gelar Doktor Honoraris Causa Sri Sultan HB X

Diperbarui: 1 Oktober 2015   04:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Menerima Penghargaan Doktor Honoraris Causa"]

Penganugrahan Gelar Doktor Honoraris Causa Sri Sultan HB X

Oleh

Wajiran, S.S., M.A.

(Mahasiswa Program PhD University of Tasmania,

Dosen Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta)

 

Pada tanggal 29 September 2015 saya mendapat kehormatan diundang di acara Penganugrahan Gelar Doktor Honoraris Causa (HC) oleh Rektor University of Tasmania, Australia kepada Bapak Sri Sultan HB X yang juga sebagai gubernur DIY. Acara yang dilaksanakan di Hobart Town Hall itu nampaknya sengaja tidak mengundang banyak orang. Hanya para petinggi universitas dari Rektor (Chancellor) dan Vice Chancellor, selebihnya adalah para petinggi di kantor Wali Kota Hobart, Tasmania dan undangan dari Kedutaan atau Konjen RI di Australia.

Penganugrahan penghargaan ini tentu menjadi sangat penting bagi Yogyakarta dan khususnya Sri Sultan HB X. Selain sebagai bukti pengakuan kapabilitas dan kredibilitas beliau sebagai seorang raja sekaligus gubernur yang mampu memberikan teladan yang baik kepada rakyatnya. Sudah tidak diragukan lagi bahwa posisi beliau sebagai Raja Yogyakarta berkontribusi besar terhadap kesetabilan politik dan sosisal, bukan hanya di Yogyakarta tetapi juga Indonesia. Tim penilai nampaknya mengikuti benar kiprah dan model kepemimpinan beliau yang disebutnya tidak ambisius terhadap kekuasaan tetapi berpartisipasi aktif dalam mengendalikan kestabilan politik di Indonesia. Sejak reformasi beliau dinilai berperan aktif ikut mengendalikan gejolak bangsa yang hampir runtuh karena ketidakpercayaan rakyat Indonesia terhadapat pemerintah pusat.

Tim penilai juga mengakui model kepemimpinan beliau yang dinilainya penuh kedewasaan sehingga menyejukan bagi rakyat Yogyakarta. Beliau telah berhasil memimpin Yogyakarta secara demokratis, toleran dan berkeadilan. Dengan demikian tema itu pulalah yang diangkat oleh Bapak Sri Sultan X dalam pidato pengukuhan tersebut yaitu, Manunggaling Kawulo Gusti (Unificiatiion of King and People): Main Pillar of Cultural Democracy, Social Justice and Tolerance of Yogyakarta Society.

Dalam pidato itu sultan memberikan pandangan akan pentingnya penyesuaian diri dalam kepemimpinannya. Sebagai seorang pemimpin, beliau benar-benar menyadari bahwa kemajuan jaman akan membawa dampak pada perubahan atau kemajuan peradaban masyarakatnya. Masyarakat Yogyakarta sudah mengalami sebuah kemajuan pesat; dari masyarakat pedesaan menjadi masyarakat urban, dari masyarakat uneducated menjadi masyarakat terdidik dan seterusnya. Kemajuan masyarakat yang pesat itu tentu tidak lepas dari peran pendidikan dimana Yogyakarta adalah Center of Education-nya Indonesia. Maka tidaklah salah jika kita mengatakan peradaban Indonesia tidak pernah lepas dari peran para terdidik yang lahir dari kota ini.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline