Lihat ke Halaman Asli

Belajar dari Kehidupan Seorang Ustadz

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Belajar dari Kehidupan Seorang Ustadz

(Renungan kehidupan 4)

Oleh

Ahmad Wazier

Cerita ini adalah sebuah pengalaman nyata dalam hidup saya dimana saya menemukan orang-orang baik dalam kehidupan ini. Meskipun masih banyak pengalaman-pengalaman lain yang menarik tapi nampaknya hal ini perlu saya ceritakan agar memberikan pelajaran dan manfaat bagi kehidupan, baik bagi pembaca sekalian terutama untuk diri saya sendiri.

Cerita saya mulai dari kunjungan atau silaturahmi saya kepada seorang ustadz yang lumayan terkenal di lingkungannya. Awal pertemuan kami sebenarnya tidak disengaja karena sesungguhnya mulanya bukan bertemu langsung dengan yang bersangkutan. Tetapi dari orang lain itulahAllah mentakdirkan hidup saya untuk bertemu dengannya.

Silaturahmi saya beberapa hari yang lalu sebenarnya bukanlah kunjungan pertama. Saat itu adalah silaturahmi saya yang kedua, karena beberapa bulan sebelumnya saya juga pernah bertandang ke rumahnya. Hanya saja saat kunjungan pertama belum bisa merasakan beberapa hal yang dapat menggugah hati saya untuk merenungi kehidupan ini.

Seperti biasa, pembicaraan kami dimulai dari hal-hal yang sederhana terutama tentang kehidupan sehari-hari. Pembicaraan kemudian berkembang pada persoalan-persoalan sulit yang membutuhkan pemikiran, pengalaman dan wawasan, yang bagi sebagian orang mungkin agak sulit untuk dicerna. Topik-topik sejarah dari dalam negara sampai pada sejarah dunia sering melintas dalam percakapan kita. Tidak tanggung-tanggung tema-tema politik kontemporer menghiasi percakapan atau diskusi kita. Walhasil, diskusi yang awalnya terlihat sederhana itu menjadi sebuah kuliah berharga bagi saya karena sangat memperkaya pemahaman saya tentang banyak hal; islam, politik, masyarakat dan kebudayaan. Tema-tema yang sesungguhnya menjadi bidang yang saya geluti saat ini.

Sungguh suatu hal yang sangat menarik bagi diri saya adalah wawasan dan prinsip hidupnya. Meskipun hanya seorang lulusan PGA (Pendidikan Guru Agama), sebuah level pendidikan setingkat SMA untuk jaman sekarang, tetapi wawasan dan pemahamannya jauh melampaui sarjana-sarjana sekarang, bahkan seorang bertitle master seperti saya. Cakupan wawasan agama sangat luas, seluas bacaan kitabnya yang luar biasa banyak bagi seorang tamatan PGA seperti dirinya. Ruang tamu yang luas setiap sudutnyatertata rapi kitab-kitab kelas kakab yang bagi saya sangat tidak mungkin memahaminya. Belum lagi terlihat beberapa buku modern yang tergeletak dimana-mana.

Selain wawasannya yang luas, hal yang membuat saya tertarik menceritakan sekilas kehidupanya adalah prinsip hidupnya yang tidak mau terkenal. Dengan alasan tidak mau terganggu akidahnya dia tetap konsisten menjalanidakwah secara tradisional. Meskipun dia mengatakan karena tidak memiliki ijazah formal, tetapi saya kira pilihan yang diambilnya adalah sebuah pilihan yang sangat tepat. Karena sampai saat ini apa yang diharapkan telah dicapainya.

Ada sebuah bukti kebesaran Tuhan yang luar biasa yang saya lihat dari sisi kehidupannya. Meskipun tidak memiliki pekerjaan tetap sebagaimana halnya kita, tetapi ia masih sanggup menghidupi keluarganya. Bahkan mungkin lebih daripada orang-orang biasa yang memiliki pekerjaan tetap sekalipun. Dengan empat orang anak ia dapat menghidupi dan membekalinya dengan jalannya sendiri. Dua dari empat anaknya sudah hampir sarjana sedangkan dua diantaranya masih sekolah. Sungguh ini bukanlah sebuah hal yang mudah bagi seseorang tidak memiliki pekerjaan tetap seperti seperti dirinya. Tetapi inilah sebuah kenyataan bahwa Tuhan memberikan rezki kepada siapa saja, darimana saja dan dari sesuatu yang tidak pernah kita sangka-sangka.

Dengan pekerjaan yang tidak tetap sedangkan tanggungjawab yang tetap itu, ia bisa menikmati hari-harinya dengan sebuah kesyukuran yang luar biasa. Terbukti sepanjang percakapan itu tidak terlintas sedikitpun keputusasaan, atau keluhan bahkan gerutuan yang terlintas dari ucapanya. Justru optimisme dan motivasi yang selalu dia gaungkan yang akan menyemangati siapa saja yang mendengarnya.

Saat tinggal bermalam di rumahnya pun ternyata dia mampu memberikan sesuatu yang tidak pernah sayasangka-sangka. Fasilitas terbaik yang dia punya diberikan kepada tamu-tamunya dan menurut ukuran orang seperti saya sudah lebih dari cukup. Baik dari makanan, minuman, tempat tidur dan segalanya. Hal inilah yang membuat saya terhenyak saat menginap di rumahnya yang sederhana tetapi menggambarkan kerapian, kebersihan dan ketenangan keluarga itu.

Alhamdulillah ya Allah... Engkau telah menunjukan kepada hamba Mu ini sebuah kebenaran dan sebuah tauladan. .................. Saya selalu berdoa semoga Allah melapangkan rizkinya dan memudahkan segala urusan dunianya. Semoga Allah membalas segala kebaikanya hingga akhir hayatnya. Mudah-mudahan pelajaran ini bisa menjadi bekal bagi kehidupan saya untuk selalu bisa mensyukuri atas apa yang saya terima. Amin...

Di sebuah kamar kos yang sangat sederhana, 25 Juni 2013




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline