Lihat ke Halaman Asli

Hegemoni Amerika Pemicu Kerusuhan Global Dunia

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hegemoni Amerika Pemicu Kerusuhan Global Dunia

Oleh

Wajiran, S.S., M.A.

Arogansi negara adidaya, Amerika Serikat, nampaknya akan semakin menjadi-jadi. Intervensi Amerika terhadap persoalan dalam negeri negara lain seperti terhadap Iraq, Afganistas, Iran, dan isu yang sedang berlanjut adalah intervensi terhadap persoalan Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur. Selain intervensi secara terang-terangan Amerika juga melakukan intimidasi bahkan trik adu domba yang secara terselubung dilakukan di negara-negara yang dianggap saingan. Disamping selalu mencari dukungan atas trik adu domba terhadap negara-negara yang diintervensi. Indonesia sebenarnya adalah bagian dari target Amerika sebagai negara jajahan yang p aling empuk. Amerika memiliki kepentingan yang cukup besar karena berbagai perusahaan tambang yang ada di negeri ini.

Amerika sering melakukan kebijakan politik yang tidak adil. Kebijakan politik tersebut sangat terlihat saat negara adidaya itu memiliki kepentingan tertentu terhadap sebuah negara. Negara-negara yang secara ekonomi dan politik dianggap sebagai saingan akan selalu digembosi dengan berbagai isu atas nama keamanan global. Sedang negara yang dianggap memiliki sumber daya alam melimpah akan diintervensi dengan berbagai cara agar tunduk dan mau menerima berbagai tawaran kerjasama yang sangat mencekik rakyat.

Salah satu kebijakan tidak adil Amerika Serikat paling mencolok adalah kebijakannya terhadap persoalan Iran. Negara Mullah tersebut dianggap membangkan karena mengembangkan tenaga nuklir. Padahal, Iran mengembangan nuklir sebenarnya untuk dimanfaatkan bagi kehidupan, namun Amerika tetap menuduh untuk pengembangan persenjataan sehingga dianggap akan mengancam perdamaian dunia. Di sisi lain, ketika Israel yang jelas-jelas mengembangkan nuklir dalam bidang persenjataan tidak pernah diapa-apakan. Di sinilah kelicikan Amerika dalam mengambil kebijakan atas perkembangan tekknologi nuklir. Dengan berbagai dalih, negara super power itu melakukan berbagai intimidasi terhadap negara yang dianggap akan menyainginya.

Ulah sewenang-wenang tersebut bukan hanya mengecewakan negara yang diintervensi secara langsung. Rusia danChina saat ini sedang menyusun kekuatan untuk mengunggulinegera adidaya tersebut. Rusia sempat bersitegang dengan musuh bebuyutannya itu, saat pesawat Shukoi jatuh di Gunung Salak. Kecelakaan itu diperkirakan sebagai tindakan sabotase yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Menanggapai berbagai gejolak yang terjadi di Timur Tengah, Putin menganggap bahwa kerusuhan yang melanda negara-negara tersebut pada dasarnya adalah akibat dari ulah negara adidaya tersebut. “Mereka sudah menciptakan suasana kacau di banyak negara dan sekarang melanjutkan kebijakan yang sama di negara lain, termasuk Suriah”. Demikian pernyataan Putin di dalam sebuah media online (29/9).

Sikap Indonesia

Indonesia benar-benar konsisten menggunakan prinsip bebas aktif dalam menentukan sikap terhadap kebijakan amerika. Namun yang disayangnya, bangsa yang besar ini nampaknya lebih banyak mengambil jalur aman dibandingkkan dengan mengambil jalan tegas menentang kebijakan Amerika. Jalur aman tersebut bukan berarti tanpa resiko, karena negeri ini harus mengalami begitu banyak kerugian sebagai akibat intervensi negara adidaya tersebut. Salah satu yang paling mencolok adalah ketidakberanian pemerintah Indonesia mengambil alih perusahaan Freeport dari tangan Amerika. Perusahaan tersebut jelas-jelas telah melakukan berbagai pelanggaran yang mendorong adanya berbagai kerusuhan di daerah Papua. Karena hasil pertambangan itu lebih banyak dibawa ke negara adidaya dibanding untuk kesejahteraan rakyat di sekitar perusahaan itu.

Pemerintah Indonesia juga nampaknya lebih pro kebijakan Amerika, meskipun rakyatnya sendiri harus dikorbankan. Lahirnya isu-isu terorisme di negeri ini sebenarnya adalah sebuah rekayasa besar yang dilakukan oleh para elit politik yang ingin mendapatkan nama baik, atau paling tidak ingin mengalihkan isu-isu negatif yang menjerat mereka. Meniru model Amerika, terorisme mereka ciptakan sendiri sebagai upaya mendapatkan kepercayaan rakyat. Model-model politik seperti ini adalah model yang digunakkan oleh CIA di dalam meruntuhkan negara-negara Timur Tengah. Pemerintah Amerika tidak segan-segan membunuh sebagian wargannya sendiri dengan meruntuhkan gedung WTC untuk mendapatkan legitimasi melakukan penyerangan terhadap Iraq waktu itu.

Model pencitraan yang digunakan pemerintahan kita nampaknya meniru model yang digunakan di Amerika Serikat. Dalam kaitannya dengan kebijakan luar negeri Amerika selalu mencoba melakukan sesuatu atas nama keamanan global, padahal semua tidak lepas dari kepentingan politik untuk menguasai negara lain. Demikian juga di negeri ini, saat salah satu golongan yang berkuasa dalam posisi terjepit karena berbagai kecurangan yang sudah ditahui rakyat, maka dengan segala upaya akan dilakukan untuk mengalihkan perhatian, syukur-syukur bisa memperbaiki citra bobrok mereka. Salah satu cara paling mencolok adalah melakukan siasat “darurat”. Menciptakan kondisi darurat karena berbagai ancaman nasional yang dapat mengalihkan perhatian media atas kebobrokan golongan tertentu. Inilah strategi kotor yang dilakukan oleh para penguasa di negeri ini. Wallahua’lamubishawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline