Pentingnya Waktu
Oleh
Wajiran, S.S., M.A.
“Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari.
Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu.”
( Hilyatul Awliya’, 2/148, Darul Kutub Al ‘Arobi)
Waktu adalah batas. Waktu adalah jangka, rentang dan masa. Masa hidup adalah jumlah waktu yang kita gunakan dalam hidup. Rentang waktu adalah jarak dimulainya dan berakhirnya usia hidup yang kita miliki. Jangka waktu adalah target-target hidup yang harus kita capai dalam hidup ini. Dalam sehari-semalam kita memiliki rentang waktu 24 jam. Dalam seminggu 7 hari, dalam bulan ada 30 hari sedangkan dalam setahun kita memiliki 356 hari. Masing-masing rentang waktu ini memiliki makna dan fungsi bagi manusia.
Adanya rentang, jangka dan masa dalam waktu menunjukan keterbatasan manusia. Untuk itu dalam masa waktu tertentu, manusia harus bisa membagi waktu untuk sesuatu yang bermanfaat. Dalam rentang waktu 24 jam setiap harinya, manusia harus melakukan sesuatu yang bisa mendukung capaian utama dalam kehidupan. Rentang waktu 24 jam itu harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak habisuntuk sesuatu yang sia-sia.
Begitu pentingnya waktu, Allah SWT sering bersumpah (qosam) menggunakan WAKTU. "Wal 'ashr" (Demi waktu 'ashr/Demi masa), "Wa al-dluhaa" (Demi waktu dluha), "Wa al-laili idzaa sajaa" (Demi waktu malam ketika gelap) adalah kata-kata yang dapat kita temui di dalam Al-qur’an. Surat Al-‘Ashr mengabarkan agar kita benar-benar menyeleksi dan mempertimbangkan setiap aktivitas dan tindakan kita. Manusia diperintahkan untuk melakukan kebaikan, agar memberikan manfaat untuk kehidupan. Itu sebabnya manusia harus mempertimbangkan dampak dari kegiatannya. Setiap aktivitas manusia harus diniatkan untuk ibadah. Aktivitas yang baik akan memberikan kepuasan batin dan akan menjadi amal ibadah sebagai bekal kehidupan akherat.
Begitu pentingnya waktu, masing-masing orang atau daerah memiliki peribahasa sendiri-sendiri. Orang barat mengatakan, Time is Money. Sedangkanorang Arab mengatakan waktu adalah pedang. Kita tidak perlu membicarakan prinsip hidup orang barat yang berprinsip waktu adalah uang. Karena prinsip ini jelas hanya akan menjadikan manusia yang tamak dan rakus terhadap benda-benda duniawi. Yang lebih penting bagi kita umat muslim, bahwa waktu adalah pedang. Pedang yang ketika salah penggunaannya akan melukai atau bahkan membunuh kita sendiri.
Falsafah waktu adalah pedang menggambarkan bagaimana pentingnya waktu dalam hidup kita. Jika kita menggunakan waktu secara baik, tentu kita akan menjadi manusia yang berjaya di muka bumi ini. Tetapi sebaliknya, jika kita menyia-niakan waktu tentu ketertindasan, kekalahan dan bahkan kehancuran bagi kita.
Kita harus mempertimbangkan setiap aktivitas yang akan kita lakukan agar penggunaan waktu kita lebih efektif dan sesuai dengan tujuan kehidupan kita. Sebagai muslim tujuan utama kita adalah beribadah. Tujuan utama kita adalah menjadi orang yang kuat (emosional, intelektual, dan spiritual), sehingga kita bisa memberi perlindungan atau bantuan kepada orang lain yang lebih lemah.
Apakah kita sudah maksimal menggunakan waktu kita? Untuk mengetahui efektif-tidaknya penggunaan waktu. Kita perlu merenungkan aktivitas kita sehari-hari. Jika kita adalah mahasiswa/siswa, tentu kegiatan harian kita harus menunjang peningkatan keilmuan kita. Kegiatan membaca, menulis ataupun mengikuti kuliah dan diskusi harus menghiasi harian kita. Jika aktivitas yang meningkatkan pengetahuan ini kita lakukan minimal delapan jam dalam sehari, itu artinya kita sudah berusaha semaksimal mungkin menggunakan waktu secara efektif. Demikian juga dengan profesi-profesi lainnya.
Sayang, terkadang kebanyakan kita tidak pernah mempertimbangkan waktu. Kita masih terlalu banyak mengisi waktu-waktu kita dengan kegiatan yang jauh dari tujuan dan impian hidup kita. Kita lebih banyak mengisi rentang dan jangka waktu dengan aktivitas hiburan dan bermalas-malasan. Itulah sebabnya kita sering merasa tidak puas dengan diri kita. Tidak puas dengan lingkungan, bahkan kita sering menyalahkan orang lain karena kegagalan kita sendiri. Na’udhubillah.
Yogyakarta, 7 Juni 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H