Lihat ke Halaman Asli

Cinta yang Tertunda

Diperbarui: 16 Juli 2024   20:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cinta yang Tertunda

Langit menggelap, awan-awan bergulung menggantung berat di cakrawala. Angin berbisik lembut, membawa aroma basah yang khas. Setiap indera berteriak, "Hujan akan segera turun!" Namun, meski segala tanda telah hadir, tak setetes air pun jatuh membasahi bumi yang haus.

Begitu pula hatiku, penuh dengan tanda-tanda cinta yang tak terbantahkan. Debaran yang menggila setiap kali namamu disebut, senyum yang tak bisa kutahan ketika bayangmu melintas, dan kehangatan yang menjalar ke seluruh tubuh saat suaramu menyapa gendang telingaku. Semua tanda itu ada, nyata dan tak terbantahkan.

Tapi seperti hujan yang tertunda, cintaku pun tertahan di ambang kenyataan. Meski segala bukti telah terhampar, realitas belum mengizinkan perasaan ini untuk sepenuhnya ada. Layaknya ilmuwan yang menunggu dengan sabar, mengamati dan mencatat setiap detail fenomena sebelum menarik kesimpulan, aku pun menanti.

Aku berdiri di tepi jurang ketidakpastian, memandang ke kejauhan di mana kenyataan dan harapan bertemu. Di sana, di titik pertemuan itu, cintaku menunggu untuk dibuktikan. Seperti teori yang belum teruji, perasaanku menggantung di antara kemungkinan dan kepastian.

Mungkinkah ini hanya fatamorgana? Sebuah ilusi yang diciptakan oleh dahaga hatiku yang kesepian? Atau mungkin ini adalah fase awal dari sebuah penemuan besar, sebuah revolusi dalam sejarah hatiku?

Setiap hari kulangkahkan kaki di atas tali ketidakpastian ini. Setiap langkah adalah sebuah hipotesis, setiap detak jantung adalah variabel yang harus diperhitungkan. Aku mengumpulkan data, menganalisis setiap interaksi, setiap tatapan mata, setiap sentuhan tangan yang tak sengaja.

Namun, seperti ilmuwan sejati, aku tahu bahwa kesimpulan terlalu dini bisa menjadi bumerang. Maka aku menahan diri, membiarkan waktu menjadi alat ukur yang paling akurat. Aku menunggu, dengan sabar dan tekun, hingga realitas menggenapi apa yang kini masih berupa potensi.

Suatu hari nanti, ketika semua variabel telah diperhitungkan, ketika semua data telah terkumpul dan dianalisis, mungkin aku akan berani menarik kesimpulan. Mungkin pada saat itu, cinta yang kini tertunda akan menemukan jalannya menuju kenyataan.

Hingga saat itu tiba, aku akan terus menunggu, mengamati, dan berharap. Seperti bumi yang menanti hujan dari langit yang mendung, aku pun menanti cinta untuk membuktikan keberadaannya. Dan meski kini masih tertunda, aku percaya bahwa suatu hari nanti, cinta ini akan menemukan jalannya untuk menjadi nyata.

16/07/2024

A.W. al-faiz

Bandar Lampung.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline