Lihat ke Halaman Asli

Geisha Land: Subversi Kekuasaan, Restorasi, & Agresi Kata-Kata "Karena Kau Jelek!"

Diperbarui: 23 Februari 2024   01:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Geisha Land ; Subversi Kekuasaan, Restorasi & Agresi Kata-kata, "Karena Kau Jelek!".

Cerpen.

            Pada suatu tabel kode bertahun 1920, pada sebuah kursi kayu yang di dudukinya, sebagai penanda pengerajin kursi itu, dan juga tahun pembuatannya, Asparagus, berada di atasnya, duduk sambil memegang congklang rorkoknya yang berisi tembakau basah, sejak dikejar para preman-preman pasar dan tersiram oleh segelas air seorang pedagang mie di tepi jalan.

Sebuah puisi Noani Togawa,

.....
Dan aku adalah kekasih yang bodoh
Betanya pada ubin kamar dan sayap burung
Saat malam tiba langit menanggalkan gelap oleh terangnya bintang-bintang.

......

           Apa yang harus dimiliki seseorang kata Asparagus bercerita pada orang-orang di dekat pasar kelontong di bawah jembatan?

"Beberapa pemburu pembunuh bayaran dari sayap kanan tengah minum sake di meja sebuah kedai dekat pasar tersebut. Dengan samurai-samurai panjang yang bermata mengkilap tajam menyilaukan.

Asparagus dia, bertanya tapi telah menyiapkan jawabannya, dan melihat seolah semua mata tersihir oleh giginya yang ompong dan jelek. Masa itu tahun-tahun politik dinasti peralihan pada restorasi dinasti Meiji, beberapa peristiwa berdarah terjadi, dimana terbunuhnya para beberpa relawan dan politisi atas isue statua quo, oleh antek-antek rezim pendukung, Meiji, dari kalangan para patri dari prajurit perang dingin itu.

Yang jika orang-orang tersebut tahu, dan para orang-orang dalam masyarkat lemah yang terteror, oleh rezim baru ini, sosok para pembunuh bayaran dan para prajurit subversif yang melakukan pergolakan dengan melawan dengan mengangkat senjata bukanlah inti persoalan dari kudeta pemerintah dan nilai otoritas kekuasaan sejarah, namun, itu menjadi suatu peralihan yang mengabutkan dan mengaburkan pandangan setiap orang dan menciptakan kekacauan yang parah. Dengan melakukan beberapa manuver strategi confusius dalam falsafah lama yang ada dalam dialektika seni berperang zen. Mereka, adalah lakon-lakon politisi dengan menempatkqn intstrumentasi para kalangan Geisha atau para wanita penghibur di klub-klub malam, serta juga jamuan-jamuan penting para pejabat pemerintahan yang biasanya terbiasa menyewa jasa mereka.

           Pada, restorasi rezim menuju Meiji, dan krmbalinya quo vadis quo, setiap pagi buta beberapa korbannya, ditemukan dengan leher memutus nadi, menjadi mayat yang tergeletek, tak bernyawa, oleh sayatan luka benda tajam yang pendek, dan dengan tubuh dan kulit yang membiru, oleh racun yang mungkin di minum saat berpesta. Racun yang dicampurkan ke dalam sake para pesta pejabat yang terlarut terbuai oleh suasana pesta. Ini, bukan sungguh-sungguh politik tapi kekejian dan kekejaman dalam sejarah kemanusian. Jaringan, dari greliyawan, Geisha yang terlatih dengan juga memahami kode etik, dari kode-kode interlasi bahasa-bahasa algoritma, dalam skenario subversif tersebut, situasi politik yang terbaca tidak oleh semua orang pada radius akses yang di jembatani oleh suatu media bintang dari peranan seorang tokoh sastra dalam puisi Haiku Jepang, bernama, Anaomi Naoni Togigawa, dengan jembatan puisi interpal berjudul Cinta Di lereng Curam Jurang. Sebuah buku, yang isinya mengisahkan penderitaan cinta sang kekasih yang malang dan menguburkan dirinya dalam dosa, dengan menjadi seorang wanita penghibur. Dimana, sebuah agresi nilai kemanusian menjadi pedoman dan menjadi dalih dari argumentasi kekuasaan politik yang tirani, yang tidak hanya bermakna kultural melainkan, juga masuk dalam skema skenario pilitik dinasti dapam restorasi Meiji, yang mengambil peralihan kekuasaan melalui skema subversi perlawanan dan juga nilai kekuasaan moral di tengah mortalitas krisis pangan.

Di tengah suasan itu, Asparagus masih bertanya, kepada audiensi pendengar cerita lucunya, sebagai pelawak, "Ya," apa yang harus dimiliki seseorang?"  kata Asparagus bercerita pada orang-orang di dekat pasar kelontong di bawah jembatan itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline