Lihat ke Halaman Asli

Kesempatan Kedua.

Diperbarui: 31 Desember 2023   12:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kesempatan Kedua.

Menjadi rapuh dalam hidup
Menjadi tuakah?
Ataukah - pupus dqlam bimbang dan keraguan
Dan juga setiap kenyataan yang membuat goyah
Memperhatikan deras ombak di samudera bibirmu - batu karang yang sampai pada pandangan matamu.

Senja di pantai - lirih suara bisikmu
Kakimu menghapus butiran debu mengusap udara yang sesak. Seberkas sinar yang masih tegar.

Kita tak harus berkata jujur pada ketidakperdulian : dan harapan di masa depan
Dan setiap - luka telah memilih nyerinya penderitaan dirinya sendiri.

Setidaknya tawamu masih mawar dalam
Kenangan. Di sana aku menemukanmu pada ingatan yang bersinar dan belum padam.
Melukiskan ketidakmampuan kita -
Untuk tetap terpisah meski di jalan setapak
Yang sama.

Agar dapat kau peluk kehangatan dari keakraban
Yang memadang kita dari balik jendela fajar.
Lalu,

Senja terbenam di ubun-ubun: pantai itu
Cintamu yang dulu.

Bandar Lampung, 2023.
A. W. al-faiz.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline