Lihat ke Halaman Asli

Kentos: Senjakala Mores dan Filsafat Etika

Diperbarui: 27 Desember 2023   16:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kentos : Senjakala Mores Dan Filsafat Etika.


Oleh : A.W. al-faiz.

Dan, Ketika moral dan etika menjadi konsep perbincangan yang samar, yang tidak dapat dipahami maknanya oleh nalar. Sementara, keyakinan di banyak benak orang menyatakannya sebagai hal yang lain, dari apa yang diketahui sebagai makna dan interprestasi dari kaidah suatu penjelasan akan pertanyaan-pertanyaan seputar hal tersebut, itu sendiri.

Struktur dari cara berpikir etis banyak melahirkan kaidah teori-teori keilmuan. Yang di dalam masyarakat kemudian maknanya justru menjadi dangkal atas interprestasi prilaku sosial.  Tradisi, kesukuan, etnis, dan lain sebagainya. Yang kemudian menjadi pemicunya. - sebagai habitat yang berbeda atas penjabaran kondisi dari nalar subjektif atas objek kehendak untuk menjadi bebas. Seperti sesuatu inti dari benih yang tumbuh sebagai asbab dari sebuah gerbong yang menuju suatu tujuan keluar dari relnya. (Kentos).


Kepada Mores Dan Ethos: Demarkasi Disiplin Etika.

Sebagai disiplin etika dalam demarkasinya, berbicara nilai dalam mores dan ethos. Sebagai akarnya. Dalam bahasa yang kita pahami sebagai prilaku atau tindakan baik dan buruk, dalam, sejauh yang diketahui ke dalam tiga kategori aliran besar dalam filsafat etiika.

Pertanyaan terbesar dari etika sebagai suatu ruang lingkup demarkasinya, "apakah yang dimaksud dengan tindakan baik atau buruk" atau secara, singkat "apakah yabg disebut tindakan etis?" Sementara, mores yang menjadi akar kata moral, lebih bermakna sebagai padanan dari kata "kebiasaaan" di ambil dari bahasa latin. Sedangkan, ethos di dalam bahasa Yunani, yakni, terkait pengertian bahasa, suatu pola atau motif kecenderungan bagi penghayatan suatu nilai - dalam mengukur karakteristik.

Etika ?

          Setidaknya, tiga kategori cabang dari aliran Etika,  dalam tema besar literasi etika:
1. Etika Deontologis (Etika Kewajiban).
2. Virtue Etik (Etika keutamaan).
3. Etika Konsekuensialis (Etika Konsekuensi).

1. Imanuel Kant Dan Etika Deontologis.

Pada abad pembabakan abad pertengahan, kira-kira di kisaran tahun, 1920. Immanuel Kant sebagai tokoh dalam Etika mengetengahlan pandangan filsafatnya yakni, Deontologis, dimana pokok dari deontologis ialah, suatu tindakan atau perbuatan dapat dinyatakan sebagai etis, ketika di dasari oleh suatu sikap yang memenuhi unsur kewajibannya. Yang apakah, hal itu sebuah tuntutan berkenaan secara natural di perintahkan oleh naluri yang alamiah, dsb.

Dalam deontologis Immanuel Kant, memberikan suatu gambaran yang subatnsi, akan halnya hakikat dari suatu objek etis, dimana bunyi kriteria objektif bagi etika Immanuel Kant, adalah terdapat di dalam istilah deontologisnya, akan apa yang di sebut sebagai noumena dan fenomena, dimana suatu hakikat bagi suatu objek yang dapat di nalar adalah hanya fenomenanya saja dari apa yang tampak sebagai suatu konsepsi tentang etis, sebagai landasan pemikiran tentang demarkasi dari pemikiran Kant, dalam mempersoalkan etis senagai suatu cara pandang terhadap suatu kewajiban, sehingga tidak dapat dinaentuh sebagai subatansi dari suatu kewajiban etis, melainkan apa yang menjadi etis adalah fenomena gambaran yang direduksi sebagai noumena atau hakikat terhadap fenomena. Berkenaan dengan, konsep dasar kewajiban dari kebiasan etis, maka etika dikatakan sebagai moral atau morhes sebagai kebiasaan yang berlaku di tengah norma dan tradisi di tengah-tengah masyarakat secara turun-temurun sebagai tradisi.

2. Vitue Etik (Etika Keutamaan).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline