Lihat ke Halaman Asli

Kesadaran Mewujudkan Merdeka Belajar

Diperbarui: 1 November 2021   07:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tulisan ini akan membahas tugas modul 1.1.a.9, yaitu Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara. Melalui tugas ini, Calon Guru Penggerak diharapkan mampu membuat kesimpulan dan refleksi pengetahuan dan pengalaman baru yang dipelajari dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Dengan kegiatan ini, Calon Guru Penggerak diajak untuk meninjau ulang keseluruhan materi dari Pembelajaran 1(satu) hingga Pembelajaran 6 (enam) dan memperkuat koneksi antar materi yang sudah dipelajari.

Pembahasan tugas ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu koneksi antar materi, konstruksi proses pembelajaran, refleksi dan kesimpulan.

A. KONEKSI ANTAR MATERI

Untuk dapat membuat kaitan antar materi, para Calon Guru Penggerak diberikan 3 (tiga) pertanyaan pemantik (panduan), yang telah disediakan di aplikasi modul pembelajaran atau aplikasi model pembelajaran Learning Management System (LMS). Jawaban atas 3 (tiga) pertanyaan tersebut kemudian dirakit sedemikian rupa, sehingga diperoleh pemahaman yang utuh berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari pembelajaran sebelumnya. Uraian berikut merupakan hasil yang telah saya peroleh.

Sebelum saya mempelajari isi modul 1.1, ada beberapa hal yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas yang tempat saya mengajar. Keyakinan itu melekat dalam jiwa saya dan telah berlangsung bertahun-tahun, cukup lama. Pertama-tama saya menganggap peserta didik sebagai obyek. Peserta didik masih polos, bimbang dan penurut serta diam. Selalu mengikuti instruksi dari guru dalam proses pembelajaran. Anggapan ini semakin kuat karena saya juga mengganggap peserta didik sebagai kertas kosong. 

Hanya guru yang dapat mengisinya sesuai dengan yang diinginkannya. Disamping itu, ada keyakinan dalam diri saya bahwa dengan tindakan-tindakan tegas dan menghukum peserta didik bisa merubah perilakunya. Saya belum sepenuhnya menyadari akan keberadaan kodrat alam sang anak, sehingga sering marah-marah ketika ada anak yang lamban dalam satu pelajaran.

Kurangnya kesadaran guru terhadap kodrat alam peserta didik, menyebabkan  guru dalam proses pembelajaran hanya terfokus pada asfek kognitifnya saja. Proses pembelajaran yang dikembangkan oleh guru masih terfokus pada guru itu sendiri. Sehingga, guru kurang mampu menuntun dan menemukan perkembangan potensi, minat dan bakat anak.

Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas, sebagaimana telah dipaparkan di atas, ternyata keliru setelah saya mempelajari isi modul 1.1. Kesadaran itu memotivasi saya untuk melakukan perubahan mendasar dalam praktik pendidikan dan pengajaran yang saya lakukan.  

Beberapa hal yang berubah dari pemikiran dan perilaku saya setelah mempelajari modul 1.1. Saya tidak lagi memandang peserta didik sebagau obyek, melainkan menganggap mereka sebagai subyek. Mereka yang berperan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, peserta didik juga tidak saya pandang sebagai kertas kosong, tetapi menganggap mereka sebagai sehelai kertas yang sudah ditulisi penuh, guru tinggal menuntunnya supaya memiliki budi pekerti yang baik. 

Proses pembelajaran harus berpihak pada peserta didik dengan pendekatan yang didasari oleh cinta dan kasih sayang dengan menyentuh, mendengar, melihat, merasakan dan memberikan apa yang anak-anak butuhkan dan harus mereka teladani (memberi contoh suri toladan yang baik). Untuk itu, saya harus memberikan tuntunan kepada peserta didik dengan lebih sabar dan ikhlas, karena mereka masing-masing unik dan berbeda. Tidak perlu memberikan hukuman yang sifatnya tidak mendidik.

Dalam rangka mewujudkan hal di atas, maka proses pendidikan dan pengajaran harus dilaksanakan secara menyeluruh, mencakup ranah kognitif, afektif, psikomotor, spiritual, sosial dan psikologis. Kedewasaan peserta didik dalam ranah-ranah tersebut merupakan jaminan bagi aspek psikomotoriknya. Menjadi modal bagi peserta didik untuk siap menghadapi kehidupan bermasyarakat secara bertanggungjawab. Dalam proses pendidikan dan pengajaran, kita harus berpusat pada murid (student centered learning)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline