Lihat ke Halaman Asli

Ingsun Titip Tajung Lan Faqir Miskin

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13528743721565628389

Rabu (7/11) saya diundang oleh masyarakat Kranji. Alhamdulillah berbaur hadir di acara tersebut tokoh-tokoh masayarakat Kranji asli Bekasi maupun yang dari berbagai daerah, termasuk di antaranya 20 pemuda asal Cirebon, Kota kelahiran saya, dari berbagai tempat yang tersebar di Kota Bekasi.

Bertemu dengan warga Cirebon di Bekasi tentu saja mengingatkan kampung halaman. Bahkan jadi teringat dengan pesan sesepuh Cirebon, seorang wali yaitu Syaikh Sunan Gunung Jati yang pernah berpesan “Ingsun Titip Tajug lan Faqir Miskin” (Aku titipkan musholla dan orang-orang miskin).

Memang sederhana apa yang diwasiatkan tetapi dari sinilah justru semangat kebangkitan dan kebersamaan bisa dibangun dan muncul menjadi sebuah geraqkan yang menakjubkan.

Pertama, Tajug adalah suatu tempat yang biasa digunakan untuk sholat berjamaah, dalam bahasa Indonesia bermakna mushollah (tempat sholat) atau masjid. Islam sangat menganjurkan pada para pengikutnya untuk menegakkan sholat di masjid. Berbagai keutamaan akan didapatkan oleh orang yang berjamaah di masjid 27 kali lipat daripada sholat sendirian di rumah.

Sholat di masjid juga akan memunculkan interaksi sosial di masyarakat dalam suasana kebersamaan, tidak terlalu membedakan kaya miskin dan tidak membedakan pejabat dan rakyat. Rasulullah SAW sendiri menyatukan hati orang-orang Muhajirin dan Anshor dilakukan di masjid. Memang Allah memberikan jaminan bahwa di masjid yang didirikan sejak awal atas dasr ketakwaan akan dijumpai orang-orang yang cinta akan kesucian, sebagaimana firman Allah “Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. di dalam mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.”

Kebersihan diri diperlukan karena dari sini seseorang akan berani mengambil langkah dan kebijakan yang benar. Kebersihan diri akan memunculkan sikap lapang dada. Sikap lapang dada diperlukan untuk membangun komunikasi efektif. Jika komunikasi efektif sesungguhnya banyak persoalan yang bisa diurai dan diselesaikan dengan tuntas secara mudah. Pantaslah jika semangat kebangkitan dan reformasi (ishlah) di masa Rasulullah dan kehidupan sesudahnya banyak dimulai dari masjid.

Kedua, faqir miskin merupakan para mustahiq zakat. Distribusi pendapatan yang tidak merata di tengah kehidupan masyarakat akan memunculkan problematikan sosial. Kesenjangan (gap) antara kaya dan miskin bisa menyebabkan petaka nasional dan revolusi sosial. Itulah sebabnya, salah satu terobosan Islam, Allah mewajibkan penunaian zakat kepada orang-orang kaya yang didistribusikan kepada faqir miskin. Mereka inilah harus diberdayakan secara manusiawi.

Di samping kewajiban zakat yang besarannya sudah ditentukan langsung oleh Allah (dari 2,5 % hingga 20 %), Islam memberikan motivasi kepada orang kaya untuk melakukan infaq dan sedekah yang tidak ada batasannya besarannya. Sebagai contoh Umar bin Khaththab pernah menginfaqkan separuh hartanya, bahkan Abu Bakar Ash-Shiddiq pernah menginfaqkan seluruh hartanya.

Bilamana dua wasiat Syaikh Sunan Gunung Jati ini dipegang dengan baik, insya Allah tidak akan terjadi gejolak sosial. Justru sebaliknya akan tercipta suasana damai dalam naungan ridho Allah SWT. Semoga bisa diwujudkan di Kota Bekasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline