Pendidikan Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menerapkan kurikulum perpaduan antara kurikulum pendidikan yang dikeluarkan oleh Kemenerian Pendidikan dan kurikulum yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama.
Sosialisasi Pendidikan Pesantren Sejak Dini
Pengenalan dan sosialisasi pendidikan pesantren bisa dilakukan kepada anak-anak atau peserta didik yang sedang menempuh pendidikan di tingkat akhir misalnya di kelas 6 SD/MI atau kelas 9 SMP/MTs, agar mereka memiliki gambaran yang jelas dan lengkap tentang pendidikan di Pondok Pesantren sehingga mereka tertarik untuk memasuki dunia pesantren.
Pesantren, satu kata yang kerapkali menjadi perhatian banyak orang. Sebagian anak yang belum mengenal betul kata pesantren dan proses belajarnya, mereka merasa asing dan kadangkala takut untuk belajar di pesantren. Bagi anak yang pernah menonton film, yang dia saksikan tentang pesantren sebagai tempat pelarian bagi anak anak yang gagal, brandal, nakal, bahkan sebagai pembuangan dari kedua orang tuanya. Anak yang dipondokkan, sebagian anak menganggapnya sebagai anak yang dititipkan oleh orang tuanya, sebab perbuatannya yang tidak disukai oleh orang tuanya.
Ada lagi pesantren yang betul dirindukan oleh seseorang, berdasarkan kuatnya mindset dari kedua orang tuanya, nak nanti jika kamu pengen mandiri dan jadi orang yang berguna bagi agama dan bangsa, akan lebih baik setelah ini kamu, jauh dari ayah dan bunda dan tinggal di pesantren, di sana kamu akan menerima segudang ilmu yang tidak bisa ayah bunda berikan padamu, kamu akan dilatih dan dibina di sana, Ayah dan bunda dulu juga pernah belajar di pesantren, sehingga dalam tubuh anak sudah mengalir mindset, indahnya di pesantren.
Kehidupan di pesantren, susah senang, tergantung dengan pola pikir dari awal menginjakkan kaki di sana. Apa target yang akan dicari semuanya bergantung pada pribadi yang akan menjalaninya. Sebagaimana firman Allah dalam hadis qudsi-Nya, “Aku bagaimana persangkakan hamba-Ku.”
Allah saja memberikan gambaran, segala sesuatu berdasarkan dari prasangka kita terhadap-Nya. Jika kita memandang Allah itu baik, maka Dia akan baik, jika ada anggapan Allah itu Maha pengasih, maka Maha kasih-Nya akan didapat. Demikian juga tinggal di pesantren, sejauh mana kita menikmati kehidupan di sana, dan sejauh mana pula kita memandang kenyamanan di pesantren, semua itu akan kita nikmati.
Hidup jauh dari kedua orang tua bikin hati gundah gulana. Banyak keiginan yang tidak terpenuhi. Biasanya bersama kedua orang, apapun yang diinginkan akan mudah diperoleh. Bahkan ada kebutuhan yang tak terduga datang secara tiba tiba. Secara cepat saji akan datang. Jauh berbeda dengan hidup mandiri. Apalagi tinggal mondok menjadi santri di bawah kendali pembina dan manajeman dari pimpinan pesantren itu sendiri. Manajeman pimpinan pesantren sangat penentu akan kemandirian santri dalam mencapai apa yang dicita-citakannya.
Seorang santri yang sudah resmi mondok di sebuah pesantren, kehidupan mereka jauh berbeda dengan yang berada di rumah. Semua yang dilakukan berdasarkan aturan yang sudah diberlakukan. Awalnya kegiatan itu sebuah paksaan. Bahkan membuat hati jengkel dan kesal. Namun lama kelamaan membuat diri terbiasa. Bahkan ngangenin jika jauh dari sana. Beberapa pengalaman yang tidak bisa dilupakan sampai hari ini, berupa peraturan yang sudah baku yang tumbuh menjadi karakter tersendiri .
Kegiatan Rutin yang wajib dilakukan oleh seorang santri :
Pertama kegiatan melakukan salat lima waktu. Bukan hanya salat wajib saja, sebelum waktu salat dan sesudah salat, kita juga dipaksa untuk selalu di sana. Bahkan menjadi imam salat pun secara bergantian. Juga ketika membaca zikir sesudah salat. Setelah itu, kultum sebelum salat atau sesudah salat, semua rentetan ibadah ini menjadi kewajiban yang wajib dilaksanakan.