Lihat ke Halaman Asli

Ini Hari[mu] Ayah

Diperbarui: 12 November 2015   17:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ayah, maaf hari ini hanya kesulitan yang selalu aku berikan. Membuatmu harus memutar otak dan dua kali lebih keras membanting tulangmu. Bahkan malam-malammu juga tak luput dari renggutanku, malam ketika tidurmu masih lepas dari beban yang harus kau tanggung besok pagi, beban yang hanya sekedar memenuhi makan keluarga kita.

Tetapi hari ini sudah jauh berbeda Yah, aku tau betapa sulitnya kau memejaman matamu di malam hari, berapa kali kau harus keluar masuk kamar hanya untuk menyandarkan punggungmu yang letih itu dalam kesenyapan, dan juga menceritakan semua peluhmu tentang kami setiap kali keningmu mencium lantai rumah kita saat Tahajud-mu.

Ayah, jangan katakan aku tidak merasakan apa yang kau rasakan hari ini !!

Aku merasa berdosa Yah, mengambil semua kebahagiaan kecil yang kau miliki itu. Merasa berdosa telah membuatmu harus memikirkanku dua kali lebih banyak dibanding ketika aku masih sekolah dulu.

Hari ini 12 November, mungkin takkan terlalu penting bagimu untuk tahu 12 November itu hari apa. Tapi itulah salah satu yang aku kagumi dari sosokmu Yah. Sederhana, tidak banyak bicara, kasih sayang yang tak pernah kau umbar tetapi selalu kau tunjukkan dengan tindakanmu, perhatianmu, karena itulah yang sebenar-benarnya kasih sayang Yah.

Ingin rasanya ku ucapkan Happy Father’s Day padamu di 12 November ini, tapi... aku tahu itu tak pernah ada dalam kebiasaan keluarga kita Yah, atau hanya rasa egoku saja yang terlalu besar sehingga menghalangiku untuk mengungkapkan kasih sayangku sendiri. Aku harap Ayah maklum, karena aku selalu ingin jadi pribadi sepertimu yang tidak mau mengumbar kasih sayang-nya tapi menunjukkannya lewat tindakan.

Ayah, sekali lagi maaf jika kesulitan dan beban pikiran yang kau tanggung ini karenaku. Ternyata semua tak seperti yang aku bayangkan dulu saat pertama kali menginjakkan kaki di tanah yang jauh dari rumah kita ini.

Aku juga sama sepertimu Yah, yang berjuang untuk kami walau waktu terus memburumu, lelah yang selalu kau kesampingkan dibalik senja yang semakin menuai di kulit dan wajahmu. Aku tak mengeluh atas pemberianmu ini yang hanya sekedar untuk bisa menyambung hidupku, sekedar hanya agar aku mampu melangkahkan kaki untuk mengejar dan mengumpulkan pengetahuan yang asing bagimu ini.

Ayah, jangan jadikan beban pikiran atas kesulitan yang harus ikut aku tanggung ini. Karena semuanya butuh pengorbanan dan perjuangan serta rasa pahit yang memang harus ditelan untuk ini. Lihatlah Yah, betapa kokoh dan besarnya tiang beranda lembaga peradilan itu, menyiratkan betapa sulit dan kerasnya perjuangan untuk dapat duduk di dalamnya.

Suatu saat Yah......

Tuhan tahu apa yang selalu aku panjatkan untuk kalian,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline