Ahmad Subakti (0102173120)
Dakwah dan Komunikasi
Bimbingan Penyuluhan Islam
Pandemi COVID-19 berpengaruh sangat besar bagi kehidupan kita, baik secara fisik maupun psikologis. Banyak dari kita yang mengalami stres, cemas, feeling down atau bahkan depresi. Kali ini kita akan mengupas lebih dalam mengenai berbagai emosi yang kita alami dan bagaimana mengatasinya.
Stres merupakan respon fisiologis yang wajar terhadap situasi abnormal. Stres merupakan bagian dari hidup kita, karena stres membantu diri kita untuk beradaptasi dengan berbagai kejadian positif maupun negatif yang kita alami. Stres dapat datang dan pergi, tergantung faktor apa saja yang memengaruhi. Misalnya, bisa saja kita merasa stres dalam hal pekerjaan namun tidak terlalu stres di rumah atau saat weekend.
Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda dalam menghadapi situasi yang stressful. Bagaimana kita bereaksi terhadap pandemi ini dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan kita dan masyarakat/komunitas di sekitar.
Siapa yang sangat rentan terkena stres di masa pandemi ini?
Biasanya mereka yang sangat rentan terkena stres selama masa pandemi ini adalah anak-anak dan remaja, lansia dan mereka yang memiliki riwayat penyakit kronis (sehingga rentan berisiko terkena COVID-19).
Selain itu adalah mereka yang membantu pasien COVID-19, mulai dari tenaga kesehatan seperti dokter dan perawat, mereka yang bekerja di fasilitas kesehatan, atau mereka yang merawat ODP di rumah), mereka yang terdiagnosa positif COVID-19, Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Orang Dalam Pengawasan (ODP), dan mereka yang memiliki masalah kesehatan mental sebelum pandemi ini, termasuk mereka yang ketergantungan alkohol dan psikotropika.
Bagaimana Mengenali Gejala Stres Pada Diri Sendiri?
Banyak juga dari kita yang merasa cemas dalam situasi ini. Berbeda dari rasa takut yang memiliki sumber yang nyata (takut ketinggian, takut kegelapan, dll), kecemasan merupakan respon kita terhadap ancaman yang tidak nyata. Wujud dari kecemasan adalah kita meyakini hal yang buruk akan terjadi, atau menciptakan berbagai skenario yang buruk dalam kepala kita. "Bagaimana jika begini? Bagaimana jika begitu?" Kecemasan setiap orang berbeda-beda intensitasnya. Bagaimana kita mengantisipasi sebuah kejadian juga turut mempengaruhi intensitas kecemasan yang kita alami.
Kondisi pandemi ini yang entah kapan berakhirnya membuat sebagian dari kita merasa lemah, tidak berdaya, putus asa, dan sedih. Beberapa dari kita mungkin saja mengalami depresi dalam situasi ini. Depresi dapat mempengaruhi kita secara fisik maupun psikis, dan intensitas depresi yang dialami seseorang berbeda dari orang lainnya. Reaksi stres, kecemasan, dan depresi yang dialami seseorang dapat muncul dalam bentuk gejala fisik, psikologis, dan perilaku. Untuk itu, hal pertama yang harus dilakukan untuk berdamai dengan segala rasa cemas dan stres di masa pandemi ini adalah dengan cara mengenali tanda dan gejala yang terjadi dalam diri.
Penting, Pahami Kapan Waktu yang Tepat Mencari Bantuan!
Pada umumnya mengatasi stres, kecemasan, atau perasaan low bukanlah hal yang mustahil. Meski demikian, beberapa dari kita butuh bantuan profesional dalam mengatasinya. Terlebih jika kondisi stres, cemas, dan depresi sudah berlangsung berminggu-minggu atau bulanan dengan kondisi yang semakin memburuk.
Pahami tanda-tanda saat kondisi kesehatan mental kita sudah menurun. Jika kita sudah mengalami tanda-tanda berikut, berarti semua sumber daya yang kita miliki tidak lagi cukup untuk mengelola stres setiap harinya. Mencari bantuan profesional akan sangat berguna dalam kondisi ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H