Lihat ke Halaman Asli

Buat Antum Saudaraku di PKS

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perlu antum fahami saudaraku, PKS yang dahulu bernama PK (Partai Keadilan) adalah salah satu partai yang semula sangat saya harapkan menjadi directur of change, menjadi leader dan motor penggerak bagi perubahan di negeri yang sangat kelam ini. Partai yang berasal dari jamaah dakwah dengan berbasiskan kaderisasi yang kuat mengakar. Simpati dan harapan besar itu muncul manakala ada salah seorang anggota dewannya yang memarkir sepeda motor diruang parkir senayan yang mirip showroom mobil mewah .

Subhanallah, betapa sederhana dan bersahajanya anggota dewan kita saat itu. Dahulu saat masih bernama PK (Partai Keadilan) tajam lisan anggota dewan kita menyuarakan alhaq. Kita benar-benar memiliki taring untuk mengatakan tidak pada al-bathil. Saat itu saya begitu bangga dan benar-benar merasakan betapa izzah -kemuliaan- kita sebagai seorang muslim begitu tinggi. Bangga rasanya diri ini menjadi kader partai. Walaupun saat itu anggota dewan kita hanya berjumlah tujuh orang. Sedikit memang, tetapi menggigit, sedikit tetapi berkualitas, sedikit tetapi bisa menyeret salah seorang koruptor kelas kakap masuk kedalam penjara. Dan saat ini, saya tidak mendapati itu dilakukan oleh anggota dewan -elite- PKS

Kebanggaan saya semakin kuat menghujam manakala melihat militansi kadernya yang luar biasa. Mencitrakan diri sebagai 'partai dakwah' dengan jargon bersih, peduli dan profesional menambahkan aroma keharuman dalam perjuangan. Tapi apa lacur saudaraku, seiring perjalanan waktu dan tuntutan jaman semuanya pudar. Semuanya berubah dengan cepat hari demi hari, fase demi fase. PKS sudah tidak yakin lagi dengan jati dirinya yang dulu. PKS mulai malu memakai nama Islam dan mulai risih jika disebut sebagai partai dakwah. Hingga detik ini, saya teramat yakin jargon dan idiom lama itu masih melekat dan tersimpan baik didalam hati tulus setiap kadernya. Tapi kini hal itu hanya menjadi bumbu 'penyedap rasa' saja saudaraku. Kenyataannya, semuanya jauh panggang dari api

Perlu antum fahami saudaraku, saya akan menyampaikan sedikit saja contoh perubahan yang terjadi dalam tubuh jamaah yang kita cintai ini. Hanya sedikit saudaraku, 'tidak banyak'. Tidak pula memaparkannya dari berbagai aspek dan sudut pandang, hanya sedikit saja.

1. Dahulu materi-materi al-wala wal-barro, ghozwul fikr, madza ya'ni intima lil islam, tarbiyah jihadiyah, tarbiyah ruhiyah, tarbiyah dzatiyah begitu marak dikaji disetiap lingkaran -halaqoh- dan menghujam pada diri kader aktivis tarbiyah saat itu. Kini semuanya sudah berubah total, materi-materi itu mungkin dianggap sudah usang dan dianggap mengganggu agenda politik partai.

2. Dahulu perangkat tarbiyah untuk menjaga ruhiyah berupa mabit dan qiyamulail begitu ramai dihadiri oleh para kader. Kini tidur diatas kasur empuk menjadi pilihan utama para ikhwan karena lebih nyaman daripada mabit yang dingin dan banyak nyamuk.

3. Dahulu kebersahajaan begitu nampak terasa, teduh mata ini melihat dan bertemu sesama ikhwah dengan pandangan ruhul jamaah. Sekarang berubah menjadi nampak begitu angkuh dan terlihat sangat cerdas saling mengintrik sabun colek antar kader.

4. Dahulu qiyadah kita begitu qonaah dan tawadhu. Entah mengapa sekarang terlihat berubah. Menjadi begitu sakti, sangar dan 'didewakan' dengan segala macam ide besar dan cita-cita politik yang menembus langit.

5. Kesederhanaan bertukar menjadi kehidupan mewah, padahal saya paham betul dahulu masih pada miskin. Sudah petentang-petenteng seperti bos. Mulai sering tidak hadir jika diundang mengisi dauroh di kampus dan pengajian dipelosok desa karena 'sibuk'. Tak lagi suka ceramah dimasjid-masjid, karena tidak memberikan 'benefit'.

6. Ukhuwah berganti menjadi sikat dan sikut, berlomba-lomba mencari order ceramah, permusuhan dan rebutan kursi caleg. "..saya sudah habis 300 juta lebih.."

7. Pertemuan tersekat jenjang kader, amanah dan lini dakwah; "gue syiasi, gue dakwi, gue ilmy!". Senyuman selintas dan pelukan dengan tepukan basa basi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline