Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Sohir

Mahasiswa

Di Antara Tembok Tinggi Rumah Warga: Menyingkap Perumahan Dengan One Gate System, Demi Keamanan atau Memutus Sosialisasi?

Diperbarui: 24 Mei 2024   07:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Behance : https://www.behance.net/gallery/197534289/Grand-Arjuna-Family-perfect-lifing-is-here/modules/1118941185 

One gate system, merupakah salah satu keunggulan yang biasanya ditawarkan oleh pengembang untuk seseorang yang akan membeli rumah dalam perumahan. Sistem ini menonjolkan kepada akses didalam satu perumahan yang hanya bisa di akses masuk keluarnya didalam satu titik akses atau beberapa yang lain dengan penjagaan petugas keamanan.

Apa tujuan utamanya? Tentu kita semua tau, demi aspek keamanan pemilik rumah. Sistem ini akan mengatur satu perumahan untuk membatasi keluasan akses bagi seseorang, baik pemilik rumah maupun orang lain yang ingin masuk kedalamnya. Tembok atau pagar tinggi akan terpasang di sekeliling perumahan dengan sistem ini. Selain tujuan keamanan, one gate system berusaha menunjukkan eksklusivitas untuk sekelilingnya sehingga perumahan yang menerapkan sistem ini akan mendapatkan satu lingkungan kecil dengan pola aktivitas yang lebih baik dibanding dengan lingkungan luarnya. Di Dalam cluster/perumahan agar bisa menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik tadi akan dilengkapi dengan fasilitas seperti taman bermain, lapangan, club house dan lain sebagainya. Selain melengkapi fasilitas, hal ini juga membentuk kelompok-kelompok kecil antar warga, tanpa harus keluar, pemilik rumah dalam perumahan dapat beraktivitas dengan pilihan yang beragam.

Namun apakah ini akan selalu tentang aspek keamanan dan eksklusivitas?

Tentu saja tidak, karena hal tersebut seakan menjadi tembok tinggi bagi pemilik rumah didalam dan diluar perumahan. Keterbatasan sosialisasi pun akan terbentuk, seolah menjadi dua dunia yang berbeda. Kenapa demikian? kenyataannya perumahan dengan pola demikian banyak ditemui di tengah-tengah lingkungan warga biasa, tiba-tiba saja ada satu perumahan yang memblokir satu lokasi, kemudian dikelilingi tembok tinggi untuk membatasi akses warga biasa. Dari segi kualitas pembangunan dan ekonomi juga akan menunjukkan perbedaan yang cukup terasa, rumah dalam perumahan akan dibentuk dengan bangunan yang lebih baik dengan perekonomian yang lebih baik pula, sedangkan rumah warga di sekelilingnya jauh dibawahnya. Apakah ini karena salah pemilihan lokasi, atau untuk menggiring opini tentang eksklusivitas yang telah dijelaskan tadi? Tidak tau menau, namun ini sering terjadi.

Lantas seharusnya bagaimana?

Tidak ada yang benar dan salah, tiap-tiap aspek yang telah dijelaskan diatas tentu dapat di lihat dari berbagai macam sudut pandang, dan ada baik dan buruknya. Pengembangan perumahan dengan one gate system datang atas fenomena dan keluhan masyarakat yang merasa tidak aman dengan lingkungan sekitarnya, baik dari ancaman kriminalitas, maupun kualitas kehidupan yang kurang baik. One gate system menjadi solusi bagi masyarakat untuk memilih kehidupan yang lebih terjamin lingkungannya. Lalu bagaimana dengan lingkungan warga di sekitarnya? Jawabannya adalah kembali pada kebiasaan dan bagaimana suatu lingkungan dapat mengayomi masyarakat didalamnya. Disana tanpa one gate system pun tetap bisa mendapatkan kualitas kehidupan bermasyarakat yang baik pula, bahkan bisa lebih berkualitas dibanding di dalam perumahan, tentu dengan poin poin tertentu. Bagaimana dengan aspek sosialisasinya? Tidak dipungkiri ada beberapa perumahan yang tegas dan tidak mengizinkan sembarang orang untuk masuk ke dalam satu perumahan, namun di sisi lainya masih banyak juga yang membuka lebar pintu untuk masyarakat sekitar dan pemilik rumah di dalam perumahan bersosialisasi. Contohnya ketika pedagang kaki lima tetap bisa masuk ke dalam satu perumahan, masih sama bukan dengan lingkungan masyarakat biasa? Bagi perumahan yang tidak demikian juga ada, namun itu menjadi pilihan bagi calon penghuninya untuk memilih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline