Lihat ke Halaman Asli

Dulkamid Mencari Tuhan: Dulkamid Pingin Melihat Tuhan

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ora enak mangan ora enak turu kyeh jakwire ente.  Pasalnya ada gamang dihatinya yang tak juga kunjung reda. Kelimpungan batin  Dulkamid memikirkan apakah betul Allah itu ada. Kalau benar ada, kenapa sampai setua ini dirinya belum sekali pun ketemu dengan Tuhannya? Pipi peotnya kemat-kemut sambil mbolak-mbalik badan di atas kasur. Malam itu dulkamid benar-benar resah karena merisaukan-Nya.

Siang tadi Dulkamid bertemu dengan seorang ilmuwan. Dalam pembicaraan singkat, teori yang diSampaikan ilmuwan yang katanya sudah lima puluh tahun lebih melakukan penelitian tentang sel dan susunan harmoni alam, mampu menggoyahkan keyakinan Dulkamid. Menurut teorinya, bahwa proses kejadian alam ini adalah terjadi dari Serangkaian peristiwa yang serba kebetulan. Materi yang masih dalam wujud atom-atom mengambang bebas kemudian menyusun dengan sendirinya menjadi tumbuhan, hewan, manuSia, planet-planet dan seluruh struktur berikut siStem kerja alam ini menjadi jagat semeSta. Tuhan? gak ada tuhan. itu hanya khayalan sekelpmpok manusia yang tengah berproses menghadapi kesulitan hidup.

"ah.....,'' desah Dulkamid resah. ''Aku harus bertemu dengan orang yang biSa mempertrmukan aku dengan Tuhan!'

Repet-repet, Dulkamid keluar rumah. Menyusuri tepian kali gung yang airnya tengah mengalir deras. Dihirupnya udara pagi yang segar. Embun di dedaunan nampak seperti buliran permata yang meneteS-netes. Irama air kali gung begitu damai. Dulkamid menikmati semua itu dengan hati yang galau. Benarkah semua ini hanya proSes alam semata, atau kah ada sang Maha Mengatur yang telah menciptakan Semua ini?

Dari arah berlawanan terlihat serombongan orang memakai pakaian serba putih. Di leher mereka maSing-masing melingkar sorban putih. mereka adalah Kiai Shomad dengan beberapa orang Santrinya. Tergopoh-gopoh, Dulkamid menghampiri mereka. "assalaamu alaikum, Pak Kiai!"

'Waalaikum salam,' jawab Kiai Shomad dengan para santrinya serempak.

'Pak Kiai, kulo nyuwun dipun paringi ilmu,' ujar Dulkamid seraya mencium tangan Kiai Shomad.

Kiai Shomad mengerutkan keningnya yang memang sudah berkerut karena dimakan usia. ''ilmu apa Mbah Dulkamid?''

'Pak Kiai, kulo mboten yakin menawi Allah puniko wonten wujude.'

Pak Kiai dan para santrinya terperanjat. 'Astaghfirullah.....,' gumam Kiai shomad.

'Pak Kiai, kulo mboten badhe percados Allah puniko wonten menawi kulo dereng ningali ngangge mripat kulo piyambaki"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline