MENULIS MEMBUATKU NAIK KELAS DAN BERPRESTASI
Ada empat keterampilan dalam literasi, yaitu: mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat keterampilan literasi itu, menulis merupakan keterampilan literasi yang paling tinggi. Menulis itu tidak mudah namun apabila dilatih terus-menerus maka suatu saat akan menjadi mudah. Menulis itu bukan seratus persen sebuah bakat atau menulis bukan sebuah bakat, dengan selalu berusaha menulis dan terus menulis maka lambat laun akan menjadi terampil. Tentu saja dalam menulis tidak lepas dari kemampuan literasi yang lain terutama membaca. Seorang penulis harus selalu membaca. Membaca di sini bukan saja yang tersurat, tetapi juga yang tersirat, serta membaca berbagai macam suasana yang dihadapi termasuk juga suasana emosional di sedang dihadapi.
Dengan menulis berarti turut memberikan andil dalam suatu peradaban. Tanpa meninggalkan tulisan seseorang akan semakin mudah dilupakan. "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." "Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapapun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari, Pramudya Ananta Toer.
Mood dan motivasi tidak datang setiap hari. Pada banyak kesempatan, kita harus memaksanya keluar dari dalam diri untuk mengalahkan rasa malas dan setengah hati.
Ketika para amatir dan penulis pemula menunggu mood untuk bisa menulis, para penulis profesional tetap menulis dalam kondisi apa pun suasana hati mereka. Mood atau tidak, profesional akan tetap menulis, A Wan Bon.
Menjadi penulis bisa dilakukan oleh siapa saja. Meski kita merasa tidak terlahir sebagai penulis sekali pun. Penting untuk mengumpulkan keberanian dalam melangkah. Bahkan penulis terbaik pun harus memulai dari bawah sebelum mereka menjadi sukses.
Ketika kita mengalami kegagalan pada tahap-tahap awal dalam menulis, jangan kita jadikan sebuah sebuah akhir dari kegiatan menulis. Ketika gagal, berusaha lagi, gagal lagi, berusaha lagi, dan terus berusaha. Maka yang demikian itu merupakan sebuah proses. Sebuah produk itu tidak mungkin menjadi sempurna langsung. Pasti melalui proses yang lama dan diproduksi berkali-kali dengan selalu merefleksi dari segala sisi. Dalam menulis jangan takut berproses dan tidak mau belajar dengan giat. Kalau mau berproses dan mau belajar dengan giat, pada akhirnya satu persatu mimpi pun pasti tercapai. Jadikan kegagalan sebagai sebuah cambuk untuk bangkit dan meraih kesuksesan.
Semoga bermanfaat.
Wassalamualaikum wr. wb.
Salam Literasi!