Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Sahidin

Pembelajar

Menziarahi Sunan Gunung Jati

Diperbarui: 1 Februari 2025   16:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makam Sunan Gunung Jati (ahmadsahidin.dok)

Alhamdulillah terlaksana ziarah Walisongo. Tanggal 25-28 Januari 2025 bersama Pengurus Wilayah Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (PW IJABI) Jawa Barat. Mulai dari Sunan Gunung Jati di Cirebon hingga berakhir di Syaikh Kholil Bangkalan, Madura.

Perjalanan dari Bandung dini hari berhenti di Masjid Cipta Rasa. Di sini kami shalat shubuh jamaah. Masjid ini dibangun oleh Sunan Gunung Jati (1448-1568 M.) sebagai sarana ibadah dan pertemuan dengan rakyat. Bagian dalam masjid ada ruangan tertutup untuk keluarga kraton dan keturunan Sunan Gunung Jati. Pada hari jumat mereka masuk dan keluar saat selesai shalat jumat. 

Di dalamnya ada tiang dari pohon jati, mimbar, cempor, dan ruang imam memimpin shalat dengan bahan marmer. Dalam ruangan ini kami shalat sunah dan memanjatkan doa.

Sunan Gunung Jati adalah waliyullah yang pertama dikunjungi. Makamnya berlokasi di Gunung Jati, Cirebon Jawa Barat.

Wali yang juga Raja Kesultanan Cirebon ini keturunan Prabu Siliwangi Kerajaan Pajajaran. Dari garis ibunya yaitu Rara Santang yang menikah dengan Syarif Abdullah Maulana Huda, seorang bangsawan dari Palestina. Menikah saat menunaikan ibadah haji.

Rara Santang adalah putri Prabu Siliwangi dari permaisuri Subanglarang yang beragama Islam. Ibunya merupakan santri Syaikh Quro di Karawang. Sunan Gunung Jati memiliki nama Syarif Hidayatullah.

Dalam sejarah perkembangan Islam di Jawa Barat, terjadi perang antara Pajajaran dan Kesultanan Cirebon. Dikisahkan terjadi adu kesaktian cucu melawan kakeknya. Sang kakek mengalami kekalahan dan mengubah wujud menjadi harimau kemudian pergi ke Garut selatan. Singkatnya kekuasaan di Jawa Barat abad 15-16 Masehi dipegang Kesultanan Cirebon.

Area makam berada di puncak Gunung Jati. Ornamen kubah makam (dzarih) dengan kayu jati. Dari bawah menuju makam menaiki anak tangga melewati makam sekitarnya dan gapura dari keramik khas Cina dan arsitektur Hindu. Peziarah yang tidak dapat restu pihak keraton (Kesultanan Cirebon/Keluarga) hanya sampai pintu. Sedangkan yang dapat restu bisa masuk ke dalam, termasuk rombongan kami dari Bandung.

Area menuju makam Sunan Gunung Jati dipenuhi pedagang souvenir dan makanan khas Cirebon. Ada yang jual baju, kaos, serban, cincin, senjata tajam, buah buahan, dan pengemis berjejer sepanjang jalan menuju Astana Gunung Jati. Bahkan hingga pintu makam Waliyullah pun ada yang meminta sedekah.

Di Gunung Jati ini juga ada tempat ziarah kaum Tionghoa. Istri dari Sunan Gunung Jati adalah putri dari Cina yang konon masih menganut agama leluhurnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline