Lihat ke Halaman Asli

Arbain Walk dari Allahyarham ke Amirul Mukminin (3)

Diperbarui: 20 September 2024   14:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ahmadsahidin.doc

Irak

Sekarang menuju Irak. Menggunakan pesawat terbang dari kota Mashad. Negeri para Nabi dan wali Allah. Banyak cerita tentang negeri ini. Mulai dari peradaban kuno Mesopotamia sampai kejayaan peradaban Islam Dinasti Abbasiyyah dan kejatuhan pemerintahan Saddam Hussein yang berakhir dengan cara digantung. Amerika dan sekutunya berada dibalik kehancuran pemerintahan Irak pasca Saddam Hussein.

Di negeri ini, kami memasuki Najaf Asyraf yang tanahnya menyelimuti jasad suci Imam Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah. Juga para sahabat dekatnya pun dibumikan di Najaf. Lokasi pertama yang dikunjungi yakni masjid sekaligus makam Kumayl bin Ziyad.

Kaum Muslim pecinta Ahlulbait mengetahui sosok Kumayl. Sahabat Imam Ali ini diajari doa Nabi Khidir as. Kumayl diburu oleh penguasa. Berhasil menghindar dari mereka, tapi kaum dan keluarganya ditawan. Kumayl menyerahkan diri kemudian dibunuh oleh penguasa Dinasti Umayyah. Sejarah mengisahkan Kumayl popular karena tiap malam Jumat doa (Kumayl) sering dibaca oleh Muslim pecinta Ahlulbait di seluruh dunia.

Berlanjut ke Karbala. Di sini memulai arbain walk (long march menuju Haram Imam Husain as dan Abu Fadhl Abbas). Kami start pada pilar (tiang) 573. Di tempat ini istirahat sekira sembilan jam. Karena cuaca terik panas, maka memilih jalan pada malam hari. Kami berjalan sampai tiang 953. Terasa melelahkan. Telapak kaki, betis dan paha serta pinggang terasa sakit. Meski terasa sakit, tetapi sedikt terobati rasa lelah tersebut dengan suasana maukib yang membangkitkan energi. 

Di sisi kanan dan kiri jalan ada banyak maukib yang menyajikan makanan dan minuman serta persinggahan untuk istirahat. Para peziarah tidak perlu khawatir dengan urusan makan dan minum, warga Irak dan volunter menyediakan untuk para peziarah. Pemiliknya merasa senang jika maukib dikunjungi, disinggahi, dan sajiannya dinikmati peziarah.

Saat istirahat di maukib, di antara peziarah yang bersamaan istirahat bertegur sapa. Bahasa Inggris dan Arab menjadi penyambung komunikasi antara peziarah dari berbagai negara. Saya sempat bertegur sapa dengan peziarah Iran, Eropa, Bashrah, Arab Saudi, Irak, Pakistan, dan lainnya. Ada yang ngajak komunikasi dengan pakai media transliterasi telepon genggam.

Bisa dikatakan bahwa kecintaan kepada Rasulullah saw dan Ahlulbait menyatukan Muslim dari berbagai negeri. Mereka bersama-sama bergerak menuju Haram Al-Husain as sebagai tujuan yang dituju peziarah.

Seorang kawan perjalanan menyampaikan sekira 21 juta orang hadir di Karbala, pasti termasuk kami dari Indonesia. Di perjalanan menuju Karbala, ada maukib atasnama Singapore, Malaysia dan Indonesia. Pada perjalanan kembali dari nomor tiang 593 kemudian istirahat di Maukib Syahidullah, tiang 953.

Berlanjut hari kedua. Melangkahkan kaki pada malam hingga siang. Mulai tiang 953 sampai 1400an, gerbang jalan menuju Haram Al-Husain as. Di area tersebut, para peziarah sudah berkumpul dan hilir mudik. Orang-orang berjalan menuju haram dan ada yang pulang dari haram. Lautan manusia bergerak. Datang dan pergi. Saat berjalan menuju haram, supaya tidak terpisah, rombongan kami berjalan perlahan dipandu Dr Sayyid Nabil (warga Irak) yang sehari hari beraktivitas sebagai dosen. Sayyid Nabil ini sahabat dekat amir ziyarah kami dan membantu perjalanan hingga ke haram Imam Husain dan haram Abu Fadhl Abbas.

Di Karbala, kami menginap pada rumah tempat bermukim orang Singapore, Malaysia, dan Pakistan. Meski tak saling kenal, tetapi kami sama sebagai peziarah dan dapat berbagi makanan atau minuman. Ukhuwah terwujud dan dirasakan manfaatnya. Saudara kami dari Singapore atau Malaysia (lupa lagi) berempat naik mobil menelusuri jalan darat dengan waktu sekira satu bulan penuh. Parkir terakhir di perbatasan Irak. Pulangnya pun menggunakan mobil yang sama menuju ke negerinya. Semangat ziarah kepada Al-Husain as menjadi daya penggerak mereka untuk melawan keterbatasan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline